GUNUNGKIDUL, KRJOGJA.com - Penanganan kasus kemtian hewan ternak secara mendadak diindikasikan terserang antraks di Kabupaten Gunungkidul makin serius dengan memperluas dan meningkatikan upaya antisipasi agar tidak menular ke manusia. Namun diitengah perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap dugaan penyebaran penyakit anthraks dua ekor sapi mati medadak secara beruntun dan terakhir menimpa sapi betina milik Tukimin (58) warga Dusun Gunungkrambil, Sidorejo, Ponjong . Beberapa saat sebelumnya kasus kematian sapi mendadak juga  terjadi di Dusun Semuluh, Desa Ngeposari, Semanu.Â
“Sebelum dikubur, bangkai sapi tersebut lebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan diambil sampel darahnya untuk diuji lab Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul,†kata Dukuh Gunungkrambil, Fitri Cahyanto, Selasa (14/1/2020).
Untuk mengetahui penyebab kematian kedua ekor sapi secara mendadak tersebut akibat terserang antraks atau tidak baik Dinas Pertanian dan Pangan, maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul menunggu hasil uji lab dari Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates. Meskipun belum diketahui hasilnya, saat dilakukan peguburan bangkai sapi warga dilarang untuk mendekat maupun melakukan kotak langsung dengan sapi yang mati maupun kandang tempat untuk memelihara hewan ternak tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya penularan melalui media tanah dan sekitar habitat yang digunakan untuk memelihara sapi.Â
“Penguburan bangkai sapi tersebut dilakukan petugas kesehatan dari dinas dan mereka itu mengenakan pakaian khusus,†ujarnya.Â
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, dr Dewi Irawaty mengatakan bahwa jumlah pemberian antibiotik terhadap masyarakat di lokasi sekitar sapi-sapi mendadak meningkat. Dari semula sebanyak 560 orang kini menjadi 624 orag dan dimungkinkan akan terus bertambah. Karena lokasi sapi mati mendadak yang saat ini terjadi didua Kecamatan Ponjong dan Semanu terus bertambah. Padahal semula hanya terjadi di dua dusun di Desa Gombang, Ponjong. Tetapi saat ini kematian sapi juga terjadi di Kecamatan Semanu yang merupakan wilayah perbatasan dua kecamatan tersebut. Â
Pemberian antibiotic terhadap masyarakat terutama daerah edemi ini memang penting untuk mencegah terjadinya penularan penyakit antraks terhadap manusia. Rentetan peristiwa kematian hewan ternak semula terjadidi Kecamatan Karangmojo, kemudian meluas di Ponjong dan Kecamatan Semanu yang sama-sama merupakan wilayah berdekata.Â
“Khusus persediaan antibiotic, seluruh Puskesmas di 18 kecamatan telah tersedia,†ucapnya.
Dinas Kesehatan melalui RSUD mendata jumlah yang menjalani perawatan akibat terkena suspect antraks mencapai belasan warga dan dari jumlah tersebut 1 orang dinyatakan meninggal. Namun untuk memestikan penyebab kematiannya apakah karena tertular antraks atau didak masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari Bogor, Jawa Barat.Â