GUNUNGKIDUL, KRJOGJA.com - Sebanyak 340 hektare tanaman padi yang sudah tumbuh, terutama wilayah Gunungkidul selatan terancam mati, jika dalam seminggu yang akan datang tidak turun hujan. Setelah hujan lebat beberapa waktu lalu, benih padi yang ditanam mendahului (ngawu-ngawu) sudah tumbuh.
Kemudian hampir dua minggu ini hujan tibatiba menghilang. Akibatnya tanaman yang sudah tumbuh sekarang sudah layu. Tanaman ini masih mampu bertahan hidup jika dalam tujuh hari ke depan hujan turun. â€Jika tidak ada hujan dalam seminggu yang akan datang tanaman ini hampir dipastikan akan mati,†kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dipertangan) Gunungkidul Ir Bambang Wisnu Brata.
Sementara belum diketahui lahan lain yang ditanami mendahului atau ngawu-ngawu. Jumlahnya ada sekitar 13.000 hektar. Di Rongkop, menurut seorang warga S Pratopo pernah hujan, tetapi belum menumbuhkan tanaman padi. Masalahnya belum tumbuhnya benih padi ini, karena belum tercukupi airnya atau benihnya lapuk, masih perlu dilakukan pengecekan.
Sampai sekarang ini, kata Kepala Dipertangan Gunungkidul Ir Bambang Wisnu Brata, jumlah curah hujan baru 885 mm. Jika di rata-rata untuk 18 kecamatan curah hujannya 49,167 mm.
Menurut ramalan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) hujan akan turun pada bulan November dasarian tiga. Tetapi kenyataannya, meskipun sudah pernah turun hujan, belum berkelanjutan. â€Mudah-mudahan hujan segera turun agar ratusan hektare tanaman yang terancam mati dapat terselamatkan,†tambahnya.
Belum ada kepastian hujan turun ini membuat banyak petani gelisah. Meskipun gangguan atau pedatan hujan sudah sering dialami para petani, tetap saja mereka cemas. Bagi yang belum menanam dihinggapi kebimbangan waktu tanam.
Sementara yang sudah telanjur menanam, khawatir benihnya tidak tumbuh. Sedang petani yang tanamannya sudah tumbuh juga cemas jika tidak segera hujan dipastikan akan mati. â€Cemas tetapi sudah menjadi resiko petani pada lahan kering,†ujarnya. (Ewi)