Krjogja.com — Wonosari — Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis Lembaga Pembiayaan Ekspor (LPEI) Maqin U. Norhadi mengatakan, hingga Maret 2024 alokasi dana LPEI mencapai Rp 8.700 miliar, sedangkan limit fasilitas mencapai Rp 7.200 miliar. Total disbursement mencapai Rp 14.638 miliar dan negara tujuan ekspor mencapai 118 negara.
Dikatakan dukungan LPEI untuk UMK ekspor, saat ini jumlah UMKM mencapai 65,5 juta. Dari jumlah tersebut UMKM ekspor hanya 15,7 persen dan nilai ekspor UMKM kurang dari 5 persen. Sementara binaan LPEI mencapai 4.500. UMKM ekspor menghadapi beberapa tantangan dalam melakukan ekspor antara lain SDM, akses pasar, akses regulasi, akses logistik dan akses pembiayaan.
Dikatakan hingga Maret 2024, capacity biilding LPEI mencapai 4500 mitra binaan terutama untuk produk yang beriorintasi ekspor seperti furniture & craf, makanan minuman, fashion, hasil laut, kopi, kakao, kelapa dan turunannya dan rempah rempah.
Adapun desa devisa mencapai 1.035 desa dengan 26 produk, sedangkan penerima manfaat mencapai 100 ribu yang terdiri dari pekerja, petani dan pelayan. Adapun negara tujuan ekspor mencapai 65 negara.
Di desa Nglanggeran tambahnya, sebagai desa penghasil kakao yang bertujuan ekspor ke Swiss.
Di desa ini bisa menghasilkan buah kakao hingga 10 ton per tahun, dan bean kakao kering hingga 3,1 juta ton per tahun.
Untuk LPEI melakukan pendampingan prosedur dan administrasi ekspor. Pendampingan kualitas dan teknis produksi, Business matching, kakao fermentasi, bantuan unit pengolahan hasil kakao.
Sementara itu, Ketua Bumdes Nglanggeran Ahmad Nasrudin mengatakan, berawal dari keprihatinan kakao waktu itu yang rusak karena kekeringan sehingga hasil kakao menjadi jelek.
Dengan adanya inisiatif dari 96 penanam kakao, setelah di cek di lapangan, ternyata tanaman kakao 5028 pohon. Dari jumlah tersebut yang berbuah baru sekitar 2800 batang.
Dari itu petani tidak semangat karena dipermainkan oleh para tengkulak, dimana harga selalu naik turun bahkan harga diawah 10 ribu per kilo
Dengan tekad yang kuat dan ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dibuatkan komunitas untuk saling bersinergi untuk memperbaiki kakao.
“Kami mengambil inisiatif akhirnya dari 96 petani ini, kita ambil tokoh tokoh dan membuat ketua komunitas dengan kelompok tani Margodadi satu. waktu itu kita kesulitan pendanaan untuk pemeliharaan kakao. Tapi ada waktu itu Asuransi Jasa Indonesia, kami mengakses dana lewat itu sekitar Rp 875 juta, dan pendanaan selesai dan ekonomi mulai tumbuh dan akhirnya bisa berkembang,” tegasnya.
Kemudian tahun 2023, LPEI masuk untuk melakukan pendampingan dan pelatihan peningkatan SDM terutama untuk peningkatan produk.
Hasil permentasi waktu itu dilakukan bagus hasilnya sekitar 1 kg dibawa ke Swiss dan di Swiss diolah lagi dan produknya cukul bagus dan bahkan hasilnya dibawa lagi ke Nglanggeran.
“ Produk kita yang di Swiss itu katanya rasanya cukup bagus dan yang paling membanggakan kita di labelnya masih ada tulisan Gunung Kidul,” tegasnya.
Dikatakan, hasil panen petani di Nglanggeran mencapai 125 kg per bulan. Sedangkan harga coklat yang sudah difermentasi menjadi Rp 120 ribu per kilo, sedangkan harga dunia menjadi Rp 160 ribu.
Adapun coklat yang di ekspor kw Swiss, tergantung berapa yang di minta. Sedangkan sisanya di pasarkan di dalam negeri.
“ Kalau berapa yang di ekspor, itu tergantung berapa yang di minta, yang pasti tidak semua di ekspor, karena kita juga masih pasarkan di dalam negeri,” tegasnya.
Homestay Pembiayaan SMF
Sementara untuk homestay, adapun total penyaluran PT Sarana Multigriya Finansial ( SMF) hingga Desember 2023 realisasi penyaluran kredit pemilikan rumah fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (KPR FLPP ) mencapai Rp 21,64 triliun dengan 594.172 rumah dengan 2,02 juta debitor.
Pembiayaan yang terdiri dari Rp 9,33 triliun untuk penyertaan modal negara (PMN) dan Rp 12,31 triliun dana SMF dari penerbitan surat utang (leveraging). “SMF telah berperan aktif untuk 25 persen program FLPP sejak tahun 2018, “kata Direktur Keuangan & Operasional SMF Bonai Subianto disela sela acara press tour Kementerian Keuangan di Wonosari, Gunung Kidul, Rabu-Jumat (1-3 Mei).
SMF juga bersinergi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparegraf) untuk penyaluran pembiayaan dana bergulir ke pemilik homstay. Untuk pembiayaan homestay hingga Desember 2023 sebanyak 183 homestay di 21 desa. Khusus di Nglenggeran, tambahnya, pembiayaan homestay dari SMF menjadi pilot project inisiatif strategis yang berhasil direalisasikan dengan pembiayaan mencapai Rp 1,5 miliar untuk membantu pengembangan 24 homestay milik warga. SMF juga memberikan bantuan Rp 50 juta untuk pembuatan sumur bor untuk 87 kepala keluarga. (Lmg)