KRJogja.com - WONOSARI - Kekeringan yang terjadi di Gunungkidul tidak hanya menyulitkan sebagian masyarakat mendapatkan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi para peternak juga kesulitan untuk mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT).
Dampaknya banyak pedagang HMT dari luar daerah masuk menjajakan pakan ternak dari batang jagung, sehingga setiap hari ada sekitar 30-50 truk pakan ternak masuk Gunungkidul.
Harganya terus mengalami peningkatkan, di hari-hari biasa satu ikat Rp 3 ribu sekarang hampir menyentuh Rp 5 ribu tiap ikat. “Untuk satu ekar sapi perlu 6 ikat HMT dengan harga sekitar Rp 30 ribu,” kata Ngatijo seorang peternak yang membeli di selatan pasar Argosari Wonosari, Selasa (10/9).
Aris seorang pedagang pakan ternak menjelaskan, jumlah pasti truk pengangkut pakan ternak yang datang setiap hari sulit dihitung, tetapi dipastikan mencapai puluhan truk.
Truk pengangkut HMT tersebut datang dari wilayah Klaten, Sleman, Bantul dan sekitarnya. Mereka masuk ke seluruh wilayah Gunungkidul. Rata-rata satu truk terbagi untuk 4 pedagang pengecer.
Tidak hanya di Wonosari hampir seluruh kapanewon ada pedagang. Bahkan di masing-masing kalurahan tidak hanya ada pedagang pakan ternak. Pengecernya bisa mencapai 200 orang.
Menurut Tijo seorang peternak, memelihara ternak di musim kemarau seperti sekarang ini tidak ada untungnya. Seekor sapi setiap hari butuh anggaran Rp 30 ribu untuk membeli pakan ternak atau Rp 900 ribu sebulan.
Jika membeli selama tiga bulan saja sudah menghabiskan dana Rp 2,7 juta. Kalau dihitung modal ternak ditambah harga pakan tidak masuk akal. “Rata-rata peternak di sini hanya senang melihat ternaknya gemuk-gemuk,” tambahnya. (Ewi)