WONOSARI (KRjogja.com) – Sebanyak 40 guru dari SMAN 1 Wonosari dan SLBN 2 Gunungkidul mengikuti pelatihan pendidik perdamaian yang diselenggarakan Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik (MPRK) UGM, Jumat (18/7).
Pelatihan ini bertujuan memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan pendidikan lintas jenjang dalam menciptakan masyarakat damai dan berkeadilan sosial. Kegiatan ini juga menjadi kontribusi nyata UGM dalam mendukung capaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 4 (Pendidikan Berkualitas) dan 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Institusi yang Tangguh).
"Kami ingin memperkuat kerja kolaboratif antara sekolah dan perguruan tinggi dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, adil, dan inklusif," ujar Dr Dody Wibowo, fasilitator utama MPRK UGM.
Pelatihan ini diikuti oleh 23 guru SMAN 1 Wonosari dan 17 guru serta tenaga kependidikan dari SLBN 2 Gunungkidul. Tim fasilitator terdiri dari dosen dan mahasiswa MPRK UGM, yakni Dr Dody Wibowo, Titik Firawati, serta Raden Ridhwan Satria Kumara, Tia Mega Utami, dan Mariam Supiati.
Materi pelatihan memperkenalkan konsep-konsep dasar pendidikan perdamaian seperti konflik, kekerasan, kekuasaan, dan rekonsiliasi. Pelatihan dilakukan dengan pendekatan reflektif dan partisipatif melalui diskusi kelompok (Focus Group Discussion), yang mendorong peserta mengaitkan materi dengan realita pengajaran di sekolah.
“Ini menjadi langkah awal memperkuat SMAN 1 Wonosari sebagai sekolah yang menjunjung tinggi nilai anti kekerasan,” kata Tumisih, Kepala SMAN 1 Wonosari.
Berdayakan Guru Tangani Kekerasan Struktural
Sementara itu, Wantini, Kepala SLBN 2 Gunungkidul, menyebut pelatihan ini membuka wawasannya terhadap kekerasan struktural dan kultural yang kerap menimpa anak-anak berkebutuhan khusus.
“Saya jadi terpikir strategi baru untuk mempromosikan lingkungan aman dan inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus,” ungkapnya.
MPRK UGM menjadwalkan pelatihan lanjutan pada Agustus 2025, dengan fokus pada peningkatan sensitivitas guru dalam mendeteksi kekerasan secara komprehensif, baik verbal, fisik, maupun simbolik.