TANJUNGSARI, KRJOGJA.com - Para petani ubi kayu (ketela) di Gunungkidul mengeluh dengan rendahnya harga gaplek (ketela kering) pada panen saat ini. Harga gaplek kering hanya laku Rp 1.000/kilogram, bahkan ada yang kurang. Sementara produksi ubi kayu pada tahun ini juga menurun kurang lebih 20 persen, akibat bibit yang kurang baik.
Seperti diakui Arjo Utomo, salah seorang petani ubi kayu di Dusun Mendang, Desa Ngestiharjo, Tanjungsari. Lahan tanaman ubi kayu seluas 800 meter persegi pada tahun lalu bisa menghasilkan gaplek kering 20 karung atau sekitar 4 kuintal, saat ini diperkirakan hanya bisa dipanen 16 karung atau 3,2 kuintal.
"Penurunan produksi ini dikarenakan bibit yang ditanam belum tarang atau belum siap, sehingga berdampak pada hasilnya," ucap Arjo Utomo (22/7).
Hal senada diakui Ketua Asosiasi Ubi Kayu Gunungkidul Suradal AMd. Pihaknya menengarai terjadinya penurunan produksi ubi kayu yang mencapai kurang lebih 20 persen. Penurunan bukan karena kekurangan air selama musim tanam, tetapi bibit belum siap ditanam. Di samping itu pihaknya juga mengeluhkan harga jual gaplek yang sangat rendah yakni antara Rp 900 - Rp 1.000/kilogram. "Kami pernah menawarkan ke salah satu pengusaha ekspor di Yogyakarta namun hanya ditawar Rp 800/kilogram," katanya. (Awa)