GUNUNGKIDUL, KRJOGJA.com - Dinas Kesehatan Gunungkidul tidak menduga di awal 2017 ini terjadi lonjakan kasus leptospirosis yang merenggut 6 jiwa dari 45 penderita. Padahal dalam APBD 2017 ini Dinkes tidak banyak menganggarkan untuk melakukan antisipasi dan penanggulangan penyakit yang menghebohkan masyarakat melebihi kasus DBD.
Pada 2016 lalu hanya terjadi 4 kasus leptospirosis yang disebabkan karena bakteri kencing tikus, dari penderita 3 di antaranya meninggal dunia. Sedangkan pada triwulan I 2017 sudah ada 45 kasus terduga leptospirosis, 6 di antaranya meninggal dunia.
â€Kami akan usulkan lewat APBD Perubahan, jika lewat APBD murni tidak mencukupi,†kata Sekretaris Dinkes Gunungkidul, dr Dewi Irawaty didampingi Kabid Penanggulangan Penyakit dr Dewi Anggraheni di hadapan Komisi D DPRD Gunungkidul, Senin (03/04/2017).
Langkah yang sudah diambil oleh Dinkes, melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat terhadap penanggulangan leptospirosis, dengan tetap menjaga pola hidup bersih sehat (PHBS) serta selalu cuci tangan dan sebelum melakukan aktivitas lainnya. Di samping itu dr Dewi Irawaty mengimbau, petani dalam melakukan kegiatan terutama di areal persawahan setelah matahari terbit dan sebelum matahari terbenam. Mengingat bakteri leptospirois akan menyerang ketika matahari belum terbit.
Sementara itu Ketua Komisi D Hery Kriswanto SAg didampingj Ir Imam Taufik dan Untung Ardiyanto meminta jajaran dinas kesehatan untuk melakukan penyuluhan secara intensif kepada masyarakat terkait adanya lonjakan kasus leptospirosis terutama di wilayah pinggiran zona utara, mulai dari Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen dan Semin. Mengingat korban leptospirosis berasal dari daerah tersebut juga di Kecamatan Ponjong dan Semanu. (Awa)