Krjogja.com - Wonosari - Kekeringan di Gunungkidul tidak hanya menimbulkan puluhan ribu orang kesulitan air minum, tetapi juga membuat peternak kesulitan menjadi hijauan makanan ternak (HMT). Bahkan khusus sebagian wilayah zona selatan sudah terjadi ternak makan ternak, artinya, banyak peternak menjual kambing untuk membeli hijauan makanan ternak (HMT) guna memberikan makan sapi.
Bahkan menjual ayam untuk membeli makan kambing. Selain itu dampak kekeringan penjualan ternak meningkat sekitar 5 persen. “ Ada peternak menjual dulu ternaknya agar tidak terbebani mencari HMT, kemduian setelah banyak pakan dibelikan lagi,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dipeterkeswan) Kabupaten Gunungkidul Wibawanti Wulandari SP, Sabtu (19/10).
Sebenarnya kesulitan pakan terjadi terjadi setiap musim kemarau. Sehingga peternak sudah biasa menghadapi masalah setiap tahun dan bisa mencari jalan keluarnya. Namun Dinas Peternakan sekarang mulai mengintensifkan bimbingan teknis (bimtek) gerakan pengolahan pakan ternak alternatif dan bimbingan teknis penanaman hijauan pakan ternak yang tahan terhadap kekeringan. Agar setiap kemarau sudah mempunyai stok pakan ternak alternative dan petani menanam HMT yang tahap kekurangan air.
Selain itu Kadispeterkeswan Wibawanti Wulandari mengingatkan, peternak untuk mewaspadai penyakit ternak, infeksi mata dan sindrom sapi ambruk (SSA) akibat malnutrisi. Sebagaimna diketahui setiap musim kemarau kebutuhan hijauan makanan ternak (HMT) datang dari wilayah Klaten, Sleman , Bantul dan sekitarnya. Tidak kurang 50 truk setiap hari masuk Gunungkidul dan harganya yang terus naik. “Padahal untuk 1 ekor sapi sehari paling tidak butuh HMT seharga Rp 30 ribu,” ujar seorang peternak yang membeli pakan di selatan pasar Argosari. (Ewi)