Krjogja.com - WONOSARI - Untuk mengurangi dampak lingkungan, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Playen 1 mengolah limbah dapur dilakukan dengan bioteknologi. Dilakukan dengan membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) berbasis bioteknologi, hasilnya limbah air tidak bau.
"IPAL tersebut sudah selesai dibangun dan telah difungsikan. Seluruh air limbah dari dapur dialirkan ke instalasi kemudian diolah sebelum dibuang. Kami menggunakan teknik biotek. Semoga menjadi solusi bagi kami dan juga bisa menjadi contoh bagi SPPG lain yang memiliki persoalan serupa,” kata Ketua Yayasan SPPG Playen 1, Justina Ernawidiati, Minggu (21/12/2025).
Baca Juga: Tema dan Logo Hari Ibu 2025 Resmi dari KemenPPPA, Ini Makna dan Filosofinya
Diungkapkan, sistem biotek juga memanfaatkan bakteri pengurai dan rangkaian tong pengolahan. Air limbah dapur pertama kali masuk ke tong awal, kemudian diberi cairan bakteri untuk proses penguraian.
Dari tong pertama diolah dengan bantuan mesin pompa, lalu dialirkan ke tong kedua dan ketiga. Di tong ketiga ini air sudah bersih dan tidak berbau.
“ Selain itu, air hasil olahan masih ditampung lagi di dua bak tambahan. Dari proses tersebut, air tidak menimbulkan bau menyengat. Kapasitas pengolahan utama mencapai 4.000 liter,” ujarnya.
Baca Juga: Prediksi Persijap vs PSIM di BRI Liga 1: Laskar Mataram Wajib Waspadai Kebangkitan Jepara
Dalam sehari, volume air limbah yang ditampung berkisar 3.000 liter. Upaya pencegahan dampak lingkungan, penyedotan juga dilakukan secara berkala. Kepala SPPG Playen 1, Rama Jatun mengatakan dapur makan bergizi gratis (MBG) melayani 29 sekolah dengan total sekitar 4.000 siswa.
Namun, operasional dapur sekarang dihentikan sementara. Masih menunggu informasi dari pusat,” ucapnya.<B>(Ded)<P>