Riset Sejarah Harus Dilakukan untuk Menulis Cerita Sejarah

Photo Author
- Minggu, 14 November 2021 | 15:37 WIB
Fragmen 'Topeng Mentaok' oleh Eko Winardi, Joko Kamto, dan Ningsih Maharani menghangatkan Bincang Sastra. (effy widjono putro)
Fragmen 'Topeng Mentaok' oleh Eko Winardi, Joko Kamto, dan Ningsih Maharani menghangatkan Bincang Sastra. (effy widjono putro)

BANTUL, KRJOGJA.com- Riset sejarah perlu dilakukan untuk menulis cerita berlatar sejarah. Kalau tidak, pembaca tidak mendapatkan sesuatu yang baru. Sastrawan Budi Sardjono melihat novel Jawa 'Topeng Mentaok' karya Bey Saptomo tak mencerminkan itu.

"Ceritanya menarik, tapi pembaca tidak mendapatkan sesuatu yang baru," kata Budi saat memperbincangkan karya pemenang sayembara novel Jawa 2018 tersebut pada gelaran Sastra Bulan Purnama (SBP) edisi ke-122 di Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Sabtu (13/11/2021) petang.

Budi mengatakan, Bey atau Bayu Saptomo lebih banyak melakukan riset dari ketoprak yang digelutinya. Sebelum terjun ke dunia sastra Jawa, Bey memang seorang pelaku seni ketoprak. Tapi menurut Budi yang sering mengunjungi peninggalan sejarah yang dijadikan latar cerita yang ditulisnya, pembaca mestinya bisa mendapatkan gambaran di mana suatu tempat berada. Contoh yang disampaikannya, penulis menyebut Pegunungan Sewu untuk suatu tempat. Padahal,  Pegunungan Sewu itu sangat panjang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lima Fakta Menarik Film Timur untuk Isi Liburan

Rabu, 17 Desember 2025 | 21:45 WIB

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB
X