Norwegia membuka kembali sekolah dan toko pada 20 April. Larangan perjalanan domestik pun telah dihapuskan. Lalu Inggris melonggarkan lockdown mulai 7 Mei. Terakhir Belgia akan mengakhiri lockdown pada 4 Mei.
Kendati beberapa negara mulai melonggarkan sampai mengakhiri 'lockdown',Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan keputusan ini terlalu cepat dan perlu ditinjau kembali.
“Mencabut pembatasan terlalu cepat dapat menyebabkan gelombang kedua yang mematikan,†kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, melansir The Jakarta Post, Rabu (13 /4).
Sementara Ketua Penanganan Corona Perancis, Jean-Francois Delfraissy mengatakan ada tiga kondisi yang harus dipenuhi negara sebelum melonggarkan lockdown. Pertama, adalah penurunan jumlah pasien dalam perawatan intensif yang signifikan. Contoh yang bisa diambil adalah di Wuhan. Hari ini provinsi yang menjadi tempat mula corona menyebar telah melepas pasien perawatan intensif terakhir atau sudah tak ada lagi pasien.
Penurunan signifikan, kata Delfraissy, akan memberikan kelonggaran bagi tenaga kesehatan dan rumah sakit mengisi kembali peralatan dan persediaan tenaga. Sehingga, ketika gelombang kedua muncul mereka sudah siap. Kedua, adalah rasio penularan baru yang harus di bawah 1 per 100 ribu orang. Bukan 3,3 seperti awal mula wabah merebak. Ketiga, harus ada cukup masker dan tes untuk memantau penyebaran virus. Contohnya di Perancis yang meningkatkan kapasitas tes dari 30 ribu orang per hari menjadi 150 ribu orang per hari. (*)