CHINA, KRJOGJA.com - Ekonomi China tampaknya masih akan mengalami pukulan bertubi-tubi. Setelah perang dagang dengan AS yang mengakibatkan ekonomi negaranya melambat, kini China harus menghadapi peperangan melawan virus corona, yang disebut telah menelan korban jiwa hingga 56 orang dengan jumlah orang terjangkit mencapai hampir 2.000 kasus.
Mengutip CNN.com, virus corona telah mengguncang pasar China, dan mengacaukan rencana liburan Tahun Baru Imlek. Biasanya, Tahun Baru Imlek menjadi musim migrasi manusia tahunan terbesar, di mana ratusan juta pelancong China menjejal diri masuk pesawat, kereta, hingga bus.
Namun, tidak dengan tahun ini, di mana virus corona telah mengakibatkan pemerintah setempat menutup sebagian besar akses keluar dan masuk ke Wuhan, Hubei, China. Kota berpenduduk 11 juta itu disinyalir jadi tempat virus corona lahir dan berkembang biak.
Pemerintah setempat juga melarang bus dan kereta beroperasi dari dan ke Wuhan, termasuk memerintahkan maskapai penerbangan untuk menawarkan pembatalan kepada penumpang mereka secara cuma-cuma alias gratis.
Direktur Riset Pasar China Rhodium Group Logan Wright mengatakan apabila persoalan virus corona gagal diatasi dengan cepat, maka ekonomi China bakal semakin terpukul. "Jika ingin menyeimbangkan kembali ekonomi China, virus corona ini adalah peristiwa terakhir yang ingin Anda saksikan," ujarnya, Minggu (26/1/2020).
Diketahui, ekonomi negara terbesar kedua di dunia itu tumbuh lebih lambat pertama kali nyris dalam tiga dekade terakhir. China menghadapi persoalan peningkatan utang, pelemahan daya beli. Tak cuma itu, China juga tengah dilanda kekhawatiran gelombang pengangguran.
Apalagi, Ekonom ING Robert Carnell menuturkan serangan tarif impor senilai miliaran dolar AS belum hilang, meski kedua negara mencatat progres dalam kesepakatan.
"Saat ini, ekonomi China dalam mode mengelola (manage) untuk mencoba mengimbangi dampak perang dagang. Virus corona akan semakin tidak menguntungkan" imbuh dia.