Lebih lanjut, Duta Besar RI untuk Norwegia, Teuku Faizasyah mengungkapkan bahwa kelas BIPA bukan hanya kelas rutin yang bertujuan untuk mengajarkan bahasa Indonesia, namun merupakan salah satu aspek penting dalam rangka diplomasi budaya Indonesia di Norwegia.
“Di tengah dunia yang penuh konflik, betapa pentingnya menjalin pengertian dan membangun jembatan antar peradaban. Bahasa merupakan salah satu alat terbaik untuk itu,” ungkap Teuku.
Teuku juga menuturkan bahwa bahasa Indonesia telah diakui sebagai bahasa resmi dalam Sidang Umum UNESCO. Hal tersebut menunjukkan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunitas internasional.
Harapannya agar pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan ketertarikan pemelajar untuk mengetahui lebih banyak tentang Indonesia dan mendorong minat mereka untuk berkunjung ke Indonesia.
“Mari kita terus jaga dan sebarluaskan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang menghubungkan bukan memisahkan dan sebagai bahasa yang membawa pesan perdamaian bukan permusuhan,” tuturnya.
Sementara itu, salah satu pengajar BIPA, Sherly Lusiana Boru Simorangkir menyampaikan kesannya jika program ini sangat diminati dan menjadi ruang penting bagi warga Norwegia untuk mengenal bahasa dan budaya Indonesia.
“Program ini sangat ditunggu oleh para pemelajar. Terima kasih atas dukungan Badan Bahasa yang memungkinkan program ini terlaksana dengan baik,” ujarnya.
Apresiasi juga disampaikan oleh salah satu pemelajar BIPA, Jurre van Dijk mengucapkan terima kasihnya kepada para pengajar yang telah memberikan pembelajaran BIPA dengan sangat baik.
Ia mengungkapkan kadang mendapatkan sedikit kesulitan karena kelas BIPA dilaksanakan setelah jam kerja, namun baginya hal tersebut merupakan sebuah tantangan.(ati)