internasional

Ekonomi Suriah Mulai Bangkit Pasca Runtuhnya Rezim Assad

Kamis, 26 Desember 2024 | 06:04 WIB
Umat Kristen di ibu kota Suriah, Damaskus, merayakan Natal pada Selasa (24/12/2024) dengan mengadakan doa bersama di sejumlah gereja. (ANTARA/Anadolu)

Krjogja.com - Jatuhnya rezim tidak hanya menyingkirkan kekuatan penindas seperti militer, polisi, dan mafia tetapi juga menandai dimulainya babak ekonomi baru, menurut warga Suriah.

Di bawah pemerintahan baru, pembatasan ketat terhadap perdagangan mata uang -- yang dulunya dapat dihukum hingga tujuh tahun penjara -- telah dicabut, bersamaan denda besar.

Peraturan ekspor impor dipermudah, dan upah pegawai publik meningkat hingga 300 persen, menurut pernyataan pemerintah. Bank-bank kembali dibuka dan bahkan panjangnya antrian di ATM di Damaskus menjadi pemandangan umum.

Harga komoditas seperti tepung, gula, dan bahan bakar mulai turun. Di bawah Assad, tentara yang berpenghasilan 35 dolar AS ( 570.000 rupiah) per bulan dilaporkan bertindak sebagai penegak mafia, memeras uang dari warga dan bisnis.

Baca Juga: 18 Polisi yang Diduga Memeras WN Malaysia di DWP 2024 Bakal Jalani Sidak Etik

Saat rezim berkuasa pejabat tinggi mereka memonopoli bahan-bahan pokok, membuat harga meningkat melalui suap dan skema pasar gelap.

“Sejak 8 Desember, semuanya berubah 180 derajat,” kata Wisam Bakdash, manajer generasi ketiga Bakdash Ice Cream di Al-Hamidiyah Souq yang ikonik.

"Warga berbelanja ketika mereka bahagia, namun rasa takut membuat mereka enggan membeli. Sekarang, keamanan ekonomi, masyarakat dan bahkan wajah mereka telah berubah, yang dulunya muram, sekarang tersenyum,” kata Bakdash kepada Anadolu seperti dilansir Antara.

Ia mencatat bahwa pencabutan pembatasan pertukaran mata uang telah menyebabkan harga turun, sehingga kebutuhan pokok seperti gula dan (minuman) salep menjadi lebih terjangkau.

Baca Juga: Yasonna Laoly dan Hasto Kristiyanto Dicekal Pergi ke Luar Negeri 6 Bulan, Ini Alasannya

Ia menambahkan bahwa tokoh-tokoh yang terkait dengan rezim sebelumnya mengendalikan barang-barang ini untuk menaikkan harga demi keuntungan pribadi.

Dengan membaiknya situasi ekonomi di Suriah, Pasar Al-Hamidiyah, yang dibangun pada era Ottoman, telah kembali ramai. Papan nama toko kini mengiklankan penukaran mata uang dalam dolar, euro, dan lira Turki, sementara pedagang kaki lima memanggil calon pelanggan.

Sebelumnya, membawa mata uang asing merupakan pelanggaran yang dapat dijatuhi hukuman penjara, sekarang menjadi hal yang lumrah, dimana penduduk Suriah dapat secara terbuka memperdagangkan uang di pasar.

Sebuah spanduk dipasang untuk merayakan kemerdekaan Suriah dipasang mencolok di pasar, sementara kawasan Kristen di Kota Tua Damaskus dihiasi dekorasi perayaan Natal.

Baca Juga: Diapresiasi Bupati Gunungkidul Seniman Tri Joko Purnomo Raih Penghargaan Aksi Bela Negara Award

Halaman:

Tags

Terkini

Amerika Serikat Dijuluki Raja Bioetanol di Dunia

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:20 WIB

Novelis Inggris Joanna Trollope Meninggal Dunia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 21:05 WIB

Pesona Indonesia pada Bazar Amal di Bucharest

Rabu, 10 Desember 2025 | 15:16 WIB

Gempa Bumi Guncang Dua Kota di Inggris

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:50 WIB

Wartawan Ini Butuh Waktu 20 Tahun Untuk Diajak Bicara

Jumat, 28 November 2025 | 15:40 WIB