internasional

China Restui Investor Asing Akses Lebih Banyak Sektor Usaha

Selasa, 13 Mei 2025 | 22:35 WIB
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)


Krjogja.com -Jakarta - Regulator negara dan dewan perencanaan China menerbitkan versi baru dari “daftar negatif” yang melonggarkan hambatan untuk masuk ke China. Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini mengurangi jumlah industri yang dibatasi menjadi 106 dari 117.

Mengutip CNBC daftar negatif itu menetapkan industri yang aktivitasnya dibatasi atau dilarang oleh investor asing. Daftar ini pertama kali dikeluarkan pada 2018 oleh China. Pelonggaran ini terjadi seiring tarif AS mengancam tekanan lebih besar pada ekonomi China yang sudah bergoyang akibat konsumsi domestik yang lemeha dan krisis utang di sektor properti.

Komisi Pembangunan dan Reformasi China (NDRC) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis pekan lalu kalau daftar 2025 menurunkan ambang batas masuk merangsang vitalitas pasar.

Baca Juga: 164 Peserta Ikuti Konkurs Seni Suara Burung Derkuku Piala KGPAA Paku Alam Cup ke - 9 di Lapangan Sendang

NDRC menyebutkan, sejumlah bidang telah diliberalisasi sebagian, termasuk produk televisi, layanan telekomunikasi, layanan informasi daring untuk farmasi dan perangkat medis. Selain itu, penggunaan obat-obatan radioaktif oleh lembaga medis, dan impor benih hutan.

Pemerintah daerah juga didorong untuk memberikan akses yang lebih besar di berbagai bidang seperti transportasi dan logistik, pengiriman barang, dan layanan penyewaan kendaraan.

Akses pasar untuk investasi pada kendaraan udara nirawak dan produk tembakau baru, seperti rokok elektrik, dimasukkan dalam daftar negatif untuk "memastikan keuntungan bersih yang aman", kata regulator, tanpa memberikan perincian lebih lanjut.

Baca Juga: Minuman Jadul, Es Badeg Semakin Sulit Ditemukan

Pada Februari, Tiongkok mengatakan akan lebih jauh mendobrak hambatan investasi dan merevisi daftar negatifnya untuk akses pasar sesegera mungkin.

Sebelumnya, The International Monetary Fund (IMF) telah menurunkan proyeksi pertumbuhan sejumlah negara ekonomi utama di Asia. Ini menandakan bakal terjadi perlambatan ekonomi global akibat kekhawatiran perang dagang.

IMF menurunkan proyeksi pertumbuhannya negara ekonomi utama Asia di 2025, dengan alasan ketegangan perdagangan dan "ketidakpastian kebijakan yang tinggi."

 

Tags

Terkini

Amerika Serikat Dijuluki Raja Bioetanol di Dunia

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:20 WIB

Novelis Inggris Joanna Trollope Meninggal Dunia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 21:05 WIB

Pesona Indonesia pada Bazar Amal di Bucharest

Rabu, 10 Desember 2025 | 15:16 WIB

Gempa Bumi Guncang Dua Kota di Inggris

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:50 WIB

Wartawan Ini Butuh Waktu 20 Tahun Untuk Diajak Bicara

Jumat, 28 November 2025 | 15:40 WIB