Tahun ini Tak ada Pawai Gunungan di Tradisi Meron

Photo Author
- Rabu, 20 Oktober 2021 | 19:37 WIB
Gunungan Meron Sukolilo Pati. (fAlwi Alaydrus)
Gunungan Meron Sukolilo Pati. (fAlwi Alaydrus)

Menurut budayawan dan sekaligus tetua masyarakat Sukolilo, kiai Arifin, perayaan Meron merupakan bukti sejarah, peran Walisongo kala itu, untuk mensyiarkan agama Islam ditanah Jawa.

Dikisahkan, tradisi ini dari Solo dibawa oleh Mbah Surodirono (adik Temenggung Cengkalsewu). Lalu mbah Surodipuro yang  berjuluk Mbah Khulmak (yang berarti Gegenti atau pengganti),  mengajak masyarakat Sukolilo setiap tanggal 12 Maulid untuk bersedekah mengadakan gunungan yang disebut Meron.

"Peristiwa ini dimulai sekitar tahun 1800an. Dan akhirnya, Meron Sukolilo bisa berlangsung sampai sekarang" kata kiai Arifin.

Sementara dalam khasanah yang lain, pengertian meron  diambil dari bahasa Kawi “Meru", yang berarti gunung dan menjadi ikon pada perayaan tradisi ini. Sedang Meron dari Bahasa Jawa Kuno “Merong", atau mengamuk, artinya tradisi ini memperingati peristiwa perang Mataram-Pati. (Cuk)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

KNPI Sragen Prihatin, Slogan Sragen The Land of Mendeman

Minggu, 21 Desember 2025 | 23:10 WIB

PUDAM Boyolali Rilis Aplikasi Tirta Amperaku

Minggu, 21 Desember 2025 | 12:10 WIB

Ribuan Kendaraan Kena Tilang ETLE, Ini Pelanggarannya

Sabtu, 20 Desember 2025 | 19:10 WIB

Libur Nataru, PLN Siagakan 315 SPKLU di Jateng-DIY

Jumat, 19 Desember 2025 | 23:10 WIB

Khitan Massal Warnai Perayaan HUT Pertamina di Cilacap

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:55 WIB
X