Ketua Tim Program Riset Keilmuan-Model Pemberdayaan Kewirausahaan Sosial Perajin Batik Berbasis Kearifan Lokal dan Teknologi Digital bagi Generai Muda, Dr Adhi Iman Sulaiman sebagai ketua tim riset menyebutkan, selama pelatihan, para pelajar dibekali empat keterampilan. Yakni mendesain batik tulis secara manual dan digital. Teknik pewarnaan membatik. Membuat batik inovatif  ecoprint. Dan strategi digital marketing. Bertindak sebagai pelatih, Budi Triyono (60), pemilik batik Wardah yang sudah malang melintang di bidang usaha batik tulis, cap, kombinasi dan printing.
Selain Budi Triyono, para pelajar itu juga mendapat pelatihan dari Leni Rahmayanti SPd, pakar ecoprint dari SMAN 1 Purwareja Klampok. Serta  beberapa instruktur lainnya, terdiri Dika Sulistiyo SP, Nanik Suparni A.MG, Drs Prasetiyo, Niken Hapsari SP MP, Arief Nurhandika dan SE M.Ak. Sedangkan Tim Riset Keilmuan Unsoed  membekali peserta pelatihan dengan teknik foto produk untuk periklanan di media digital seperti facebook, Instagram, whatsapp, digital marketing dan motivasi kewirausahaan.
Program riset dan pelatihan membatik LPPM Unsoed itu untuk menjaga potensi lokal batik Banjarnegara dari kepunahan. Saat ini sebagian perajin batik, termasuk di batik Wardah di Desa Panerusan Wetan, rata-rata usianya sudah lanjut, sekitar 50 - 65 tahun. Sementara generasi muda kurang tertarik melanjutkan usaha kerajinan batik. Upah membatik yang terbilang rendah, berkisar Rp 25 ribu - Rp 50 ribu perhari bisa jadi penyebabnya. Sementara, pandemi Covid-19 membuat usaha batik sempat mengalami penurunan pasar.
Diharapkan, para pembatik usia tua di sentra Batik Banjarnegara yang banyak ditemui di Kecamatan Susukan, dapat diteruskan oleh generasi muda. Khususnya dalam promosi pemasaran produk batik dengan dukungan teknologi digital. Dengan sentuhan teknologi dan pemasaran secara digital, usaha batik Banjarnegara cukup prospektif.