Warga desa mencoba membuat sistem deteksi dini banjir sederhana berbasis aplikasi. Namun, katanya, peralatan tersebut masih membutuhkan banyak penyempurnaan. Selain alat itu, deteksi banjir juga dilakukan dengan pengamatan secara manual di bagian hulu sungai.
Untuk memudahkan deteksi banjir, Dwinanto menempuh jalan yakni menjalin kerja sama dengan Pusat Studi Bencana LPPM UNS Surakarta. "Akhirnya jadi dua alat deteksi bantuan UNS dan dipasang di bagian hulu Sungai Dulang dan Jali," ucapnya.
Alat tersebut berkemampuan mendeteksi debit dan ketinggian muka air secara otomatis. Alat juga secara kontinyu mengirimkan data kepada server aplikasi berbasis ponsel android di Desa Krandegan. "Jadi jika terjadi banjir yang sekiranya berbahaya, alat akan mengirimkan sinyal peringatan, kemudian diteruskan kepada masyarakat," tuturnya.
Adanya alat itu, lanjutnya, sangat membantu masyarakat Krandegan dan desa langganan banjir di bagian hilir sungai. "Sinergi Krandegan dengan UNS Solo sangat membantu sekali, tidak hanya warga Krandegan, tapi desa-desa lain yang selalu terdampak jika Sungai Jali dan Dulang banjir besar. Kini warga tidak perlu lagi berjaga di tepi sungai," tandasnya.(Jas)