Setelah Gempa Bumi, Lakukan Evaluasi Konstruksi

Photo Author
- Selasa, 26 Februari 2019 | 15:10 WIB
Prof Ir Iman Sutyarno PhD (berdiri) dan Dr Fauzie Siswanto MSc serta moderator dalam kuliah umum di Fakultas Teknik UST Yogya. (Foto: Jayadi K)
Prof Ir Iman Sutyarno PhD (berdiri) dan Dr Fauzie Siswanto MSc serta moderator dalam kuliah umum di Fakultas Teknik UST Yogya. (Foto: Jayadi K)

YOGYA, KRJOGJA.com - Saat terjadi gempa bumi, kebanyakan orang lari dan menyelamatkan diri untuk mengungsi. Bagi orang teknik sipil langkah yang seharusnya sesegera mungkin melakukan evaluasi kontruksi untuk memeriksa keamanan bangunan fasilitas publik, seperti rumah sakit, gedung-gedung untuk kepentingan umum. Banyak kasus setelah terjadi gempa bumi fasilitas umum tidak digunakan karena takut dan trauma. 

Demikian diungkapkan Prof Ir Iman Sutyarno ME PhD dan Dr Ir Fauzie Siswanto MSc IPM, keduanya dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM dalam  Kuliah Umum yang diselenggarakan Prodi Teknik Sipil (TS) Fakultas Teknik (FT) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta di kampus pusat UST, Jalan Kusumanegara 157, Timoho, Selasa (26/02/2019). 

Tampak hadir dan memberi pengantar Ir Zainul Faizien Haza ST MT PhD (Kaprodi Teknik Sipil FT-UST), Dr Iskandar Yasin ST MT (Wakil Dekan FT-UST) dan kuliah umum dibuka Dr Imam Ghazali MSc (Wakil Rektor 1 UST). Kuliah Umum memilih tema ' Konstruksi Tahan Gempa dan Material Ramah Lingkungan' dengan moderator Widarto Sutrisno MT.

Menurut Fauzie Siswanto, setelah terjadi gempa bumi fokus di pengungsian. "Rumah yang masih layak huni juga fasilitas publik masih aman digunakan dikosongkan begitu saja. Orang berdesak-desakan di pengungsian," ujarnya.  

Kondisi ini terjadi karena pemahaman tentang kebencanaan, terutama kaitan pemahaman konstruksi masih minim. Ada gempa yang ada rasa takut, tak tahu harus berbuat apa dan trauma. Fauzie Siswanto menyebutkan, setelah.ada gempa perlu 'return to normal operation' alias upaya untuk kembali ke keadaan normal. Pertama, percepatan waktu evakuasi dan korban baik yang ditemukab maupun yang meninggal. Kedua, percepatan waktu pemenuhan kebutuhan tempat tinggal sementara. Ketiga, pemenuhan kebutuhan listrik dengan pemambahan jumlah generator. 

Keempat, pemenuhan kebutuhan air bersih dengan menambah jumlah generator dan mobil penjernih air yang terus disiapkan termasuk sanitasi. Kelima, percepatan waktu pembersihan sisa bencana. Keenam, alokasi pembagian tim Tanggap Darurat yang optimal (Depsos, Tagana, Taruna Tanggap Bencana).

Sedangkan Iman Sutyarno dalam forum tersebut menyebutkan, gempa bumi di Yogya tahun 2006 cepat dilakukan penanganan evakuasi dan recovery karena semangat gotong-royong masyarakat masih kuat, para ahli teknik sipil dari perguruan tinggi turun melakukan evaluasi konstruksi dan pemerintah daerah yang responsif. "Ada 220 ribu bangunan rusak, penanganan pembangunan kembali selama 1,5 tahun. Penanganan pascagempa yang cepat dapat pujian dipuji dunia," ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X