Nasir mengatakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah menyampaikan deretan nama kampus yang diduga terpapar radikalisme kepada media. Namun, hal tersebut, kata Nasir, hanya akan menimbulkan kegaduhan tanpa memberikan solusi yang riil.
"Saya sudah bilang jangan disampaikan ke media, karena di lapangan akan muncul intrik-intrik yang tidak bagus. Kementerian sudah pasti melarang radikal di dalam kampus," jelas Nasir.
Nasir menjelaskan di beberapa kampus seperti Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) rektor telah memberhentikan orang yang diduga terpapar radikalisme. Begitu pun untuk kampus-kampus lainnya dia berharap rektor bisa bertindak tegas.
"Pokoknya yang radikal itu mesti diberi pilihan mau kembali dan meyakini Pancasila sebagai ideologinya atau tidak, jika tidak maka ya silakan keluar jangan di kampus lagi," tegas Nasir.
Sebelumnya, Direktur Pencegahan BNPT Hamli mengatakan hampir semua perguruan tinggi negeri (PTN) sudah terpapar radikalisme. "PTN itu menurut saya sudah kena semua, dari Jakarta ke Jawa Timur itu hampir kena semua, tapi tebal tipisnya bervariasi," kata Hamli di Jakarta, Jumat (25/5).
BNPT membeberkan Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Dipenogoro (Undip), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB) sudah disusupi paham radikal. (Ati)