Peringatan Hardiknas, Momentum Refleksi Bagi UGM

Photo Author
- Selasa, 2 Mei 2017 | 19:31 WIB

Hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Mei menjadi sebuah peringatan untuk mengenang perjuangan dan jasa besar Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara serta para pahlawan nasional di bidang pendidikan. Bagi UGM sendiri, peringatan ini juga menjadi momentum untuk melihat dan menilai kembali upaya serta peran yang dijalankan UGM sebagai salah satu perguruan tinggi tertua dalam mewujudkan kemajuan pendidikan di Indonesia.

“Hardiknas kita peringati tidak hanya untuk mengenang perjuangan Ki Hajar Dewantara, namun juga harus menjadi momentum untuk melakukan refleksi dari berbagai upaya yang telah dan sedang kita lakukan dalam melaksanakan berbagai program untuk memajukan pendidikan, khususnya pendidikan tinggi di Indonesia,” ujar Wakil Rektor UGM Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D dalam upacara peringatan Hardiknas, Selasa (2/5) di Halaman Gedung Pusat UGM.

Dalam kesempatan ini, Iwan yang bertindak sebagai pembina upacara menekankan bahwa saat ini perguruan tinggi dalam melaksanakan Tri Dharma Pendidikan Tinggi harus lebih lebih memperhatikan dampak dari aktivitasnya terhadap pengembangan ekonomi. Hal ini sesuai dengan tema Hardiknas yang ditetapkan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada tahun ini, yaitu pengingkatan relevansi pendidikan tinggi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

“Perguruan tinggi dapat memerankan diri sebagai agen pembangunan ekonomi dan kesejahteraan di samping agen pendidikan, riset, pengetahuan, dan pengembangan teknologi,” jelasnya.

Ia menyebutkan bahwa peningkatan relevansi pendidikan tinggi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dalam bidang pendidikan, perguruan tinggi harus mampu meningkatkan graduate employability agar setiap lulusan UGM mampu segera berkiprah dalam bidang ilmu masing-masing untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, lanjutnya, peningkatan kontribusi intelektual dapat dilakukan melalui hilirisasi penelitian di perguruan tinggi.

“Penelitian tidak boleh hanya berhenti sampai tahap menghasilkan publikasi, prototip, atau paten saja. Penelitian harus didorong agar mencapai technology readiness level 9 kemudian dikerjasamakan dengan industri agar dapat diproduksi dan dipasarkan secara massal agar dapat segera dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas,” papar Iwan dalam rilisnya.

Ia menambahkan, dalam bidang pengabdian kepada masyarakat, peningkatan relevansi pendidikan tinggi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan melalui kolaborasi yang lebih intensif antara perguruan tinggi, pemerintah, dan industri untuk menyelesaikan problem-problem riil yang dihadapi oleh masyarakat. Ia menyebut program KKN-PPM sebagai salah satu motor utama tujuan tersebut.

“KKN bukan program yang berjalan sendiri, namun dikembangkan berdasarkan pada prioritas penghiliran riset-riset UGM dan kebutuhan masyarakat seperti pengembangan kehidupan sosial budaya berbasis kearifan lokal dan nasionalisme, pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan, pemberdayaan perempuan dan kelompok rentan, pengelolaan lingkungan, peningkatan UMKM, peningkatan produksi pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan, kebencanaan, dan lainnya,” kata Iwan. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X