KUDUS, KRJOGJA.com - Indonesia saat ini tengah menghadapi tiga masalah sosial yang perlu menjadi perhatian bersama, yaitu kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan. Pemerintah memiliki kewajiban mengatasi masalah sosial tersebut, namun hanya jika hanya mengandalkan pemerintah maka akan membuat permasalahan tersebut bertahan menahun. Demikian disampaikan Anggota Komisi XI, Ir H Muchammad Romahurmuziy MT dalam acara wisuda di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus, Sabtu (29/04/2017).
“Salah satu solusi praktis mengatasinya yakni entrepreneurship atau kewirausahaan. Kewirausahaan adalah solusi jitu untuk menciptakan penghasilan pribadi, meningkatkan nilai tambah ekonomi, melambungkan inovasi, sekaligus membuka lapangan kerja yang tentunya akan mengurangi angka kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan,†kata Muchammad Romahurmuziy yang akrab disapa Romy tersebut.
Menurut data terakhir dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM), jumlah entrepeneur baru mencapai 1,65 persen dari total penduduk Indonesia. Jumlah tersebut jauh tertinggal dibandingkan dengan Cina yang memiliki angka 12% atau bahkan Singapura dengan rasio 6-7% sebagai wirausahawan.
Romy menjelaskan, untuk mencapai 2 persen dari jumlah penduduk yang menjadi wirausahawan sebagai salah satu indikator kemajuan suatu negara, sedikitnya dibutuhkan pemuda-pemudi dengan kreativitas. “Pertanyaannya, apakah para pemuda, termasuk para alumnus perguruan tinggi mampu mengejawantahkannya? Sementara sebagian besar mereka lebih memilih mencari kerja daripada menciptakan lapangan pekerjaan,†tambahnya.
Menurut Ketua Umum (Ketum) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) versi Munas Surabaya ini, Tridharma perguruan tinggi yang menjadi filosofi dasar bagi kalangan akademisi sering kali dilupakan setelah lulus. Tiga poin penting yaitu pembelajaran, penelitian dan pengabdian adalah satu kesatuan yang harus dilakukan orang-orang di lingkungan perguruan tinggi.
Sayangnya poin terakhir yaitu pengabdian hanya dilakukan sekedar proforma belaka dalam bentuk KKN yang dilaksanakan di tahun terakhir seorang mahasiswa. Bahkan jika dihitung persentasenya hanya sekitar 3-5 persen dari seluruh mata kuliah yang diajarkan. “Ini membuktikan, bahwa konsep dasar pengabdian masih dipandang sebelah mata sebagai bagian penting dari perguruan tinggi," tegasnya.
Dalam kesempatan ini Romy mengharap STAIN Kudus sebagai kampus Islam mampu menjadi garda terdepan dalam memaksimalkan program pengabdian bagi mahasiswanya. Program pengabdian masyarakat dan kemandirian ekonomi bagi mahasiswa harus dirangsang sejak dini pada awal masuk perkuliahan.
“Hal ini agar output dari perguruan tinggi sudah siap berdikari menghadapi tantangan global yang telah mempersempit lowongan kerja dengan adanya tingkat persaingan yang semakin tinggi. Agar mindset mengenai alumni perguruan tinggi sebagai sarjana pencari lowongan pekerjaan bisa berubah menjadi sarjana pencipta lowongan pekerjaan, salah satunya dengan menjadi wirausahawan,†jelasnya. (Van)