KRjogja.com - SOLO - Kopi Robusta Temanggung (KRT) sudah banyak dikenal baik di tanah air maupun manca negara berkat cita rasa yang khas. Kekuatan pasar yang sudah bertahun tahun ini rupanya justru menjadi beban yang tidak ringan bagi petani kopi. Satu kerisauan yang cukup serius dirasakan petani kopi adalah ke depan masih mampukah memenuhi permintaan pasar.
Karena ketika kondisi pasar yang sangat menggembirakan dan meluas, secara berangsur petani kopi merasakan adanya penurunan produktivitas. Cukup banyak masalah yang dihadapi diantaranya soal pengadaan bibit dan pupuk. "Umur pohon kopi yang bagus berkisar 15-30 tahun. Setelah 30 tahun produktivitas turun," jelas Solichin, petani kopi di Jambon Gemawang.
Pohon-pohon kopi yang ada di wilayahnya sudah mendekati 30 tahun. Artinya sudah waktunya untuk melakukan peremajaan. Menurut Solichin dalam peremajaan dibutuhkan bibit kopi unggul. Bibit kopi yang baik sekaligus untuk mendorong program intensifikasi.
Baca Juga: Deklarasi Dukung Gibran Cawapres di 2024
Ia membidik jenis kopi yang dibudidaya di Vietnam. Dia membandingkan data tanaman kopi di Temanggung, setiap klon hanya terdapat 12 - 14 ruas per tangkai. Sedangkan di Vietnam, dompolan setiap klon bisa 18 - 22 ruas per tangkai. Dengan begitu produktivitas kopi Vietnam jauh lebih banyak.
Di Temanggung hasil panen tertinggi tercatat 20 ton, kemudian menurun rata-rata per tahun 10 - 12 ton per hektar dengan greanbean 3 ton. "Karena itu saya ingin studi banding ke Vietnam," kata Solochin yang mengembangkan rekreasi berkuda KJ2 Stable.
Problematika petani kopi di Temanggung di atas diserap Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof Dr Okid Parama Astirin MS saat melakukan roadshow, Sabtu (14/10/2023). "Dengan kondisi lahan yang tidak luas memang dibutuhkan bibit kopi unggul."
Baca Juga: Deklarasi Setia Megawati, Ribuan Laskar Banteng Penuhi Lapangan Drh Soepardi
Ia pun memberikan sinyal kepada Ir Widiyanto, SP MSi PhD, Hanifah Ihsaniyati SP MSi dan Dr Danang Purwanto SSos MSi untuk melanjutkan pendampingan. Tiga peneliti UNS ini telah mendampingi petani kopi dalam upaya mempertahankan kekhasan dan keunikan kopi Temanggung yang berbeda dengan kopi dari wilayah lain.
Sementara ini Dr Widiyanto dan kawan-kawan telah melakukan penguatan terhadap petani kopi, disamping melaksanakan pelatihan dalam upaya mengawal standar kopi Temanggung. Sebelum melakukan kunjungan ke kebun kopi digelar acara ngopi bareng yang dihadiri Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian Perikanan, Joko Budi Nuryanto. (Qom)