KRjogja.com - YOGYA - Obesitas merupakan masalah multifaktor. Peningkatan asupan energi, perubahan pola makan dari tradisional ke modern, urbanisasi dan penurunan aktivitas fisik, semuanya berperan terhadap peningkatan obesitas. Faktor tersebut didukung oleh kontribusi faktor lain seperti aspek sosial ekonomi, budaya, perilaku dan lingkungan.
"Fenomena khas daerah urban yaitu berkurangnya ruang publik yang dimanfaatkan sebagai arena bermain dan berolahraga, kemudahan akses dan ketersediaan sarana modern berteknologi tinggi berjaringan (internet) sebagai faktor penyebab kurangnya aktivitas fisik anak dan remaja," jelas Center for Human Nutrition, Departement of International Health Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Prof. Joel Gittelsohn dalam kegiatan 'Guest Lecturer' yang digelar Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, Jumat (27/10/2023).
Baca Juga: Gerhana Bulan Diprediksi Terjadi 29 Oktober 2023, Kemenag Ajak Umat Salat Khusuf
Selain memberikan dampak peningkatan PTM, obesitas pada anak dan remaja juga menimbulkan dampak sosial dan psikologis bagi anak dan remaja obes seperti kurang percaya diri dan penurunan prestasi belajar.
"Mereka menjadi bahan ejekan teman di lingkungan sosial yang semakin menurunkan harga dirinya. Permasalahan obesitas juga mendatangkan kerugian ekonomi. Kerugian ekonomi dipicu oleh biaya perawatan penyakit komorbiditas obesitas yaitu penyakit tidak menular (PTM) yang memang memerlukan biaya tidak kecil per individu penderitanya," imbuhnya.
Indonesia saat ini menghadapi permasalahan gizi ganda atau Double Borden Nutrition (DBM). Di saat masalah kekurangan gizi belum sepenuhnya dapat dituntaskan, masalah kelebihan berat badan dan obesitas justru memperlihatkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Salaam Summit 2023, 100 Pemimpin Muslim Muda Gelorakan Semangat Toleransi dan Kedamaian
Patut disadari bersama bahwa obesitas bukanlah merupakan masalah terminal, melainkan memiliki keterkaitan
erat dengan penyakit tidak menular (PTM), sehingga permasalahan yang terjadi semakin berkembang menjadi Triple Burden Malnutrition (TBM).
Ditinjau dari aktivitas fisik, menunjukkan aktivitas fisik kurang pada anak usia sekolah di Indonesia cenderung meningkat dari 26,1% menjadi 33,5% dan 60% aktivitas fisik mereka dalam bentuk aktivitas sedentary.(*)