Krjogja.com - YOGYA - Dinamika kriminalitas berubah seiring peradaban manusia yang dipengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu indikator yang bisa dilihat adalah kuatnya pengaruh penggunaan smartphone dan teknologi informasi terhadap perubahan sosial.
Berdasar data Polda DIY kurun waktu Agustus-Oktober 2023, wilayah DIY menghadapi tantangan serius terkait maraknya kasus penipuan. Data yang telah terkumpul memberikan gambaran jelas mengenai anatomi kasus penipuan yang perlu menjadi perhatian bersama.
Hal ini disampaikan Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan saat Jumat Curhat bersama mahasiswa dan keluarga besar Universitas Teknologi Digital Indonesia (UTDI) di kampus setempat Jalan Raya Janti 143 Yogyakarta, Jumat (29/12/2023).
Dipaparkan Suwondo, berdasar data, dari segi jenis kelamin korban terbanyak didominasi oleh laki-laki dengan rentang usia antara 35 hingga 45 tahun. Pendidikan korban sebagian besar adalah lulusan SMA dan terbanyak kedua lulusan D3 dan S1.
Kerugian yang dialami korban mayoritas berada di bawah Rp 100 juta. Hal ini menunjukkan bahwa penipuan ini mungkin bersifat sistematis dan terorganisir.
Melihat dari pekerjaan korban, karyawan swasta menjadi kelompok yang paling banyak terkena imbas kasus penipuan dan profesi wiraswsta. Modus operandi penipuan yang paling sering terjadi adalah melalui kerjasama bisnis di sektor swasta dan penyebaran link aplikasi berbahaya.
Baca Juga: Merasa Dirugikan Wasit Saat Final Lawan Persiba, HM UMY Minta Tinjau Ulang Keputusan Wasit
Pendidikan lulusan SMA dan pekerjaan swasta menjadi sorotan utama dalam hal ini. Namun, perlu diingat bahwa profesi seperti pelajar, mahasiswa dan wiraswsta juga tidak luput dari risiko menjadi korban penipuan.
Hal ini menjadi peringatan bagi kita semua bahwa tingkat pendidikan tidak selalu mencerminkan tingkat kewaspadaan terhadap potensi penipuan.
Sedangkan berdasar tempat kejadian, kasus penipuan terbanyak terjadi di wilayah Sleman. Hal ini menjadi sinyal serius bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Kami menyadari bahwa polisi bukan siapa-siapa tanpa dukungan dan peran serta masyarakat. Mari kita bersama-sama meningkatkan kewaspadaan dan ketelitian supaya tidak terjadi korban-korban penipuan selanjutnya," kata Suwondo.
"Untuk itu kami sangat berterima kasih kepada masyarakat atas kerjasama peningkatan kewaspadaan dan ketelitian untuk menghindari penipuan," tambahnya.
Selain menyampaikan tips agar tidak menjadi korban penipuan, Suwondo juga menerima sejumlah cerita maupun masukan dari para mahasiswa. Mulai dari curhat mahasiswa yang akan ditilang polisi gara-gara tak berhelm, hingga pertanyaan penanganan kasus kejahatan jalanan yang pernah viral di DIY.
Rektor UTDI Sri Redjeki SSi MKom PhD, mengungkapkan, atensi dari Kapolda DIY kepada para mahasiswanya pada Jumat Curhat ini dinilainya luar biasa. "Tadi juga disampaikan Kapolda DIY, bahwa apabila ada ide-ide kreatif dari mahasiswa ataupun civitas akademika bisa disampaikan.
Khususnya terkait dengan layanan, untuk menekan kriminalitas, juga menjadi bagian instrumen yang akan kami coba definisikan di kampus agar bisa dibuatkan sesuatu. Mungkin nanti bisa terimplementasikan di Polda DIY," urai Rektor.
"Ini menjadi sinyal positif bagi kami, maka salah satunya nanti segera kami buatkan MoU dengan Polda DIY agar sinergitas dalam pengembangan teknologi khususnya di Polda DIY bisa menjadi bagian dari yang kami berikan," jelas Rektor.
Sementara Ir Teguh Wijono Budi Prasetijo MM mengucapkan terima kasih atas Kepercayaan Kapolda DIY memilih UTDI sebagai tempat pelaksanaan acara Jumat Curhat Kapolda DIY.
"Kegiatan ini akan lebih mempererat sinergi antara Polda DIY dan UTDI yang telah terjalin dalam menciptakan generasi muda yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan masa depan," tutup Teguh. (*)