Krjogja.com - YOGYA - Pernahkah Anda merasa kesulitan untuk lepas dari layar ponsel ketika menggunakan media sosial? Atau merasa lebih bahagia setelah postingan Anda mendapatkan banyak likes? Fenomena ini bukan kebetulan. Di balik desain yang menarik dan antarmuka yang ramah pengguna, ada ilmu psikologi yang cermat, dirancang untuk membuat kita terus kembali ke platform tersebut.
Salah satu konsep kunci yang menyokong keberhasilan desain media sosial adalah Kansei Engineering, sebuah pendekatan dari Jepang yang fokus pada pemahaman dan penciptaan pengalaman yang merangsang emosi pengguna. Dalam konteks media sosial, ini berarti merancang platform yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga memicu respons emosional yang mendalam bagi para penggunanya. Desain yang demikian berupaya membuat kita merasa lebih terhubung, lebih dihargai, dan lebih termotivasi untuk berinteraksi lebih jauh.
Bagaimana media sosial memanfaatkan emosi kita? Ada beberapa trik psikologis yang tak tampak, namun sangat efektif. Misalnya, FOMO (Fear of Missing Out), atau ketakutan akan ketinggalan, yang seringkali didorong oleh notifikasi yang terus-menerus masuk, update cerita yang tak ada habisnya, dan fitur explore yang penuh dengan konten baru. Perasaan takut akan ketinggalan ini membuat kita merasa perlu selalu terhubung.
Baca Juga: Karanganyar Ajukan 10.000 Vaksin PMK
Selain itu, media sosial juga menjadi panggung untuk menampilkan versi terbaik diri kita. Melihat pencapaian orang lain sering kali mendorong kita untuk menunjukkan keberhasilan kita sendiri, menciptakan siklus positif yang terus memperbaharui semangat untuk berbagi. Tak kalah penting, media sosial juga memberikan rasa keterhubungan yang dalam, baik dengan teman, keluarga, atau komunitas online, yang memberi kita perasaan bahagia dan puas.
Elemen desain yang digunakan juga tak kalah penting. Warna, misalnya, memiliki kekuatan luar biasa dalam mempengaruhi perasaan kita. Biru bisa memberikan kesan tenang dan terpercaya, sementara merah bisa membangkitkan semangat dan gairah. Tipografi atau pilihan jenis huruf juga memainkan peran besar dalam mempengaruhi bagaimana kita menerima pesan, dengan font tebal memberi kesan kuat dan tegas, sedangkan yang lebih lembut dan membulat menciptakan suasana santai. Tata letak yang bersih dan sederhana memudahkan kita memproses informasi dengan lebih baik, sementara animasi dapat menarik perhatian dan membuat antarmuka lebih hidup dan interaktif.
Namun, meskipun desain yang mengandalkan prinsip Kansei Engineering memiliki banyak keuntungan—seperti meningkatkan keterlibatan dan kepuasan pengguna—ada juga dampak negatif yang harus diwaspadai. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memicu kecemasan, depresi, bahkan gangguan tidur. Konten negatif seperti cyberbullying dan ujaran kebencian juga bisa merusak kesehatan mental kita.
Baca Juga: Terobosan Bulog, Manfaatkan Limbah Sekam untuk Jamur Tiram
Kesimpulannya, memahami prinsip-prinsip psikologis di balik desain media sosial membantu kita menjadi pengguna yang lebih cerdas. Dengan menyadari bagaimana desain tersebut memengaruhi emosi dan perilaku kita, kita bisa lebih bijak dalam menggunakan platform ini. Media sosial adalah alat yang netral; tergantung pada bagaimana kita menggunakannya, ia bisa menjadi sumber informasi, inspirasi, atau koneksi sosial yang positif. Namun, kita juga perlu waspada terhadap dampak negatif yang bisa timbul. (Rininta Hanum ST., M.Eng, Mahasiswi Doktor Rekayasa Industri, Universitas Islam Indonesia/UII)