Keindonesiaan Berpangkal dari Kebangsaan dan Kebudayaan

Photo Author
- Rabu, 18 Juni 2025 | 20:25 WIB
Ki Nanang RW MPd, Dr Purwadi MPd (tengah) Dr Iskandar Yasin MT sebelum Rerasan Rabu Wagen FT - UST Yogyakarta. (Jayadi Kastari)
Ki Nanang RW MPd, Dr Purwadi MPd (tengah) Dr Iskandar Yasin MT sebelum Rerasan Rabu Wagen FT - UST Yogyakarta. (Jayadi Kastari)

Krjogja.com - YOGYA - Ki Hadjar Dewantara (KHD), tokoh nasional yang berhasil memadukan persahabatan, kebudayaan, dan keagamaan. Bangsa Indonesia yang sangat majemuk harus dikelola secara selaras, serasi dan seimbang.

Maka kesadaran keindonesiaan, yakni segala hal yang terkait dengan Indonesia mencakup identitas nilai-nilai, budaya, sejarah bangsa Indonesia menjadi satu kesatuan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca Juga: Peringati 213 Tahun Geger Sapehi, Trah Sultan HB II Minta Presiden Prabowo Bentuk Komite Pengembalian Aset yang Dijarah Inggris

“Sesungguhnya, keindonesiaan berpangkal dari literasi klasik, persahabatan dari nilai-nilai luhur warisan masa lampau,” kata Dr Purwadi MPd, dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dalam Rerasan Rabu Wagen (RRW) bertema 'Nilai-nilai Suri Tauladan Kehidupan Ki Hadjar Dewantara' di kampus Fakultas Teknik (FT) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST), Jalan Miliran, Umbulharjo Yogyakarta, Rabu (18/06/2025).

Kegiatan selain menghadirkan narasumber Dr Purwadi MPd juga pembicara Ki Nanang Rekto Wulanjaya MPd (Cucu Ki Hadjar Dewantara, Anggota Badan Pembina Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa) dengan moderator Dody Bimo Aji ST MT (Dosen Teknik Mesin FT-UST).

Kegiatan yang diselenggarakan Center of Excellence (CoE) Ki Hadjar Dewantara FT - UST tersebut untuk meyongsong lahirnya Perguruan Tamansiswa 3 Juli mendatang. Hadir dalam kesempatan itu, Dr Iskandar Yasin ST MT (Dekan FT - UST), Ki Priyo Dwiarso, Ki Bambang Widodo MPd, Ki Tri Suparyanto SPd MM.

Baca Juga: Bahas Keberadaan Bajaj Online di Yogya, Ini Hasil Rakor Dishub-Polda DIY

Dijelaskan Purwadi, unsur kebudayaan mewarisi literasi klasik, mulai dari Empu Kanwa, Empu Sedah, Empu Panuluh, Empu Darmojo, Empu Tantular hingga Empu Prapanca.

Karya-karya besar seperti Arjuna Wiwaha, Kakawin Baratayudha, Smara Dahana, Sotasoma, Negara Kertagama. Literasi klasik ini mampu mengokohkan jatidiri kebangsaan, sampai Bhinneka Tunggal Ika. Konsep keagamaan sebenarnya mampu 'dibungkus' dalam perilaku, baik mulat, patrap dan pangucapan yang membuat dunia damai, aman dan tentram.

Sedangkan Ki Nanang RW mengatakan, KHD mengajarkan kerendahan hati. Beliau Ki Hadjar menekankan kasih sayang yang membatasi kekuasaan. Kekuasaan yang mampu menegakkan keadilan, katanya.

Menariknya, KHD menanamkan pada ahli warisnya bahwa investasi terbesar adalah cinta kasih, kualitas sumber daya manusia, moralitas, spiritual, religiusitas dan ketrampilan/kacakapan hidup.

Nanang RW juga menyinggung, guru harus mampu menanamkan dan menyadarkan kepada setiap muridnya, biarlah anak tumbuh berkembang sesuai garis kodratnya setinggi-tingginya.

Sementara itu, Dr Iskandar Yasin mengatakan, Rerasan Rabu Wagen sengaja memilih topik sari tauladan KHD.

“Rerasan Rabu Wagen untuk mengetahui lebih lanjut tentang kehidupan dan pemikiran KHD, tokoh pendidikan yang berperan penting dalam membentuk sistem pendidikan nasional,” ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X