Upaya Penerimaan Diri dan Optimalisasi Produktifitas, Pemahaman HIV AIDS pada Perempuan di Jabodetabek Ditingkatkan

Photo Author
- Rabu, 2 Juli 2025 | 08:52 WIB
(Istimewa)
(Istimewa)

KRjogja.com - JAKARTA - Sebagai hilirisasi dari penelitian tahun 2024, yang berjudul Hubungan Depresi dengan Stigma dan Diskriminasi Diri Sendiri pada Perempuan dengan HIV AIDS (PDHA) di Jabodetabek, YARSI HIV AIDS care menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berjudul Peningkatan Pemahaman HIV AIDS sebagai Salah Satu Upaya Penerimaan Diri dan Optimalisasi Produktifitas pada Perempuan dengan HIV AIDS (PDHA), beberapa waktu lalu.

Bekerjasama dengan LSM YAKKIN yang mendampingi PDHA kegiatan ini diselenggarakan selama 2 hari, berupa pelatihan dan edukasi, agar pemahaman tentang HIV AIDS yang dimiliki benar, sehingga tidak alami depresi dan dapat mencegah terjadinya diskriminasi internal melalui penerimaan diri hidup bersama HIV. Setelah tahapan ini dilalui maka tahap berikut yang dilakukan adalah bagaimana menjadi pribadi yang tangguh dengan mengenyahkan diskriminasi terhadap diri sendiri dan menggali potensi diri untuk mencapai produktifitas yang optimal.

Baca Juga: Presiden Prabowo Bertolak ke Arab Saudi, Bahas Rencana Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Dihadiri oleh 50 peserta yang memiliki latar belakang beragam, usia yang bervariasi dan games yang seru membuat kegiatan ini semakin menarik. Materi yang interaktif dan saling berbagi memperkayan menjadikan kegiatan. Diawal materi peserta diminta untuk menuliskan tentang apa yang membuat tidak bahagia dengan HIV AIDS pada selembar kertas metaplan dan selanjutnya dibahas dalam diskusi kelompok bagaimana cara mengatasi ketidakbahagian tersebut. Ada 23 jenis jawaban yang diberikan, antara lain seperti stigma , diskriminasi, ketergantungan obat (ARV), ketahuan statusnya, lingkungan yang terbatas, susah dapat pasangan, gampang sakit, sulit dapat pekerjaan, overthinking, mudah cemas sampai dengan bosan.

dr Maya Trisiswati, MKM (Kepala YARSI HIV AIDS Care, sekaligus ketua penyelenggara), menyampaikan ternyata untuk pertanyaan apa yang membuat bahagia dengan HIV ada 22 jenis jawaban, diantara jawaban tersebut antara lain bisa mengenal komunitas dan saling mendukung, mendapat pengalaman hidup, dan jawaban-jawaban lain yang menggambarkan bahwa mereka sudah mulai menerima dan berdamai dengan kondisi yang sekarang, bahkan ada yang menjawab kenal dengan perempuan-perempuan yang kuat dan hebat. Sesi ini diharapkan dapat meneliminasi stigma dan diskriminais diri sendiri.

Baca Juga: Juni 2025, LPS Mencatat Indeks Menabung Konsumen Menguat

Di materi selanjutnya tidak kalah menarik, Dilfa Juniar, M.Psi,Psikolog (dosen Fak Psikologi YARSI) mengajak semua untuk merangkul diri menjadi perempuan yang lebih baik, dengan membahas tiga hal utama yaitu diskriminasi diri, penerimaan diri dan ketagguhan diri. Pemateri meminta peserta merefleksikan diri dan ternyata disambut baik oleh peserta dengan mereka berbicara secara jujur dan terbuka. Ciri-ciri diskriminasi diri, antara lain terus-menerus menyalahkan diri, merasa lebih rendah dari orang lain, takut membuka diri karena merasa tidak layak diterima, menolak bantuan atau peluang karena merasa tidak pantas, mengkritik diri sendiri dengan keras, dan membandingkan diri dengan cara yang menyakitkan. Dampaknya adalah hilangnya rasa percaya diri dan kecenderungan menarik diri dari lingkungan, meskipun status masih dirahasiakan.

Sementara itu, penerimaan diri mencakup penerimaan atas kegagalan, luka, dan kondisi yang tidak ideal, sambil tetap yakin bahwa diri sendiri berharga dan berhak bahagia. Ciri-ciri penerimaan diri meliputi mengakui tanpa menyangkal, tidak menyalahkan diri terus-menerus, bersikap lembut pada diri sendiri di masa sulit, dan menyadari bahwa tidak perlu sempurna untuk berharga. Penerimaan diri bukan berarti pasrah tanpa usaha, menutup luka sambil berpura-pura kuat, atau menghindari masalah. Pelatih menyampaikan bahwa proses penerimaan diri tidak bisa dipaksakan. Dan tujuan akhir menjadi tangguh adalah ketika memiliki kemampuan untuk bertahan, bangkit, dan melangkah maju meskipun menghadapi tekanan dan luka. Ketangguhan bukan berarti tidak pernah jatuh. Berbagai kalimat negatif yang diajukan peserta di ubah menjadi positif dan hal ini bisa menjadi inspirasi baru bagi peserta.

Baca Juga: Cerdas dan Bijak dengan Algoritma Dekave

Selanjutnya Ely Nurhayati, S.Pd,M.Si (dosen Fak Ekonomi dan Bisnis YARSI) memberika latihan untuk bagaiman bisa produktif, manajemen waktu, melakukan menggunakan Eisenhower matrix / matriks prioritas dan applikasi podomoro.

Secara keseluruhan kegiatan ini efektif karena terlihat peserta antusias mengikuti setiap materi, ketepatan waktu untuk memulai acara dan semangatnya peserta untuk menjawab setiap pertanyaan serta aktifnya untuk berbagi pengalaman atau pengetahun yang dimiliki. Secara kuantitatif kegiatan ini juga sudah meningkatkan pengetahuan peserta yg dilakukan dengan penilaian pre tes das pos tes. Pada evaluasi kegiatan, didapatkan hasil bahwa peserta puas dan menilai kegiatan ini mulai dari materi, pemateri, logistik sangat baik dan baik.

Harapan semua adalah akan banyak lagi pengabdian-pengabdian kepada masyarakat yang menyentuh orang dengan HIV sehingga mereka terutama perempuan dengan HIV dapat bangkit dan menjadi sehat dan tangguh seperti jargon peserta kegiatan ini. (Ati)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X