Pendidikan Inklusif Masih Menghadapi Penghalang

Photo Author
- Jumat, 29 Agustus 2025 | 07:45 WIB
 Prof Minsih saat menyampaikan orasi   ((Qamarul)
Prof Minsih saat menyampaikan orasi ((Qamarul)

 

KRjogja.com-SOLO-Prof Dr Minsih SAg MPd menyatakan pendidikan inklusif masih memerlukan sistem yang lebih progresif. Karena sampai sekarang masih ada penghalang yang membatasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk tumbuh dalam ruang pendidikan yang setara.

"Memang sudah banyak sekolah yang mengklaim diri sebagai sekolah inklusif, tapi praktiknya masih jauh dari nilai-nilai keberagaman yang adil dan ramah," ungkap Prof Minsih. Ia menjadi guru besar baru UMS yang dikukuhkan wakil rektor 1 Prof Ihwan Susila SE MSi PhD di Edutorium KH Ahmad Dahlan, Kamis (28/8).

Menurutnya, pendidikan inklusif bagi ABK merupakan pintu gerbang menuju pengakuan martabat. Tujuannya bukan untuk menyamakan mereka dengan yang lain, tetapi memastikan bahwa keunikan mereka menjadi kekuatan dalam proses belajar.

Baca Juga: Tragis, Bayi Malang Ini Dibuang di Tumpukan Sampah

Sebagai guru besar bidang Pendidikan Inklusif ini memiliki pengalaman maupun hasil riset.Dari dasar itu Prof Minsih menyatakan adanya
tantangan dalam penerapan inklusivitas di sekolah dasar. Mulai dari keterbatasan kurikulum, minimnya pemahaman guru, hingga stigma sosial dari orang tua.

"Masih ada orang tua yang menolak anaknya berada di kelas yang sama dengan ABK karena takut tertular. Padahal, disabilitas bukan penyakit. Stigma ini yang harus diubah,” tandasnya.

Selain Prof Minsih, rektor Prof Harun juga mengukuhkan Prof. Muhammad Mujiburohman ST MT PhD, Prof Ir Herry Purnama MT Ph.D (Fakultas Teknik), Prof Muhammad Sholahuddin SE MSi PhD (Fakultas Ekonomi Bisnis) dan Prof Dr Yuli Kusumawati SKM MKes (Fakultas Ilmu Kesehatan).

Baca Juga: Mudah dan Cepat, Nasabah Kini Bisa Aktifkan Rekening Dormant Lewat Super Apps BRImo! KRJogja.com - Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk at

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir MSi mengingatkan guru besar tidak hanya identik dengan gelar akademik tertinggi, tetapi juga membawa tanggung jawab moral dan sosial sebagai guru kehidupan.

“Ilmu pada tingkat tertinggi harus memberi kemanfaatan terbesar. Seperti sabda Nabi, amal manusia terputus kecuali tiga hal: sedekah jariyah, doa anak sholeh, dan ilmu yang bermanfaat," tandas Haedar Nashir.-(Qom)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X