Membuka Mata Desa Gununggajah: Menyiapkan SDM untuk Kelola Geoheritage Bayat

Photo Author
- Senin, 8 September 2025 | 13:46 WIB
Proses pendampingan potensi geoharitage Gunung gajah (Foto Istimewa)
Proses pendampingan potensi geoharitage Gunung gajah (Foto Istimewa)

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa Bayat memiliki fragmen dari Australia yang bergerak ke utara jutaan tahun lalu dan menjadi fondasi Pulau Jawa. Tabrakan lempeng tektonik menyebabkan batuan di Bayat mengalami tekanan hebat hingga terbentuk lipatan—proses yang menghasilkan batuan metamorf langka.

Belajar dari Sekitar Rumah

Edukasi geologi tak hanya mengulas teori. Warga diperkenalkan pada hal sederhana: mengenal jenis-jenis batuan yang sehari-hari mereka lihat. Apa itu sedimen? Apa itu metamorf? Apa itu beku? Semua dijelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Bahkan, dalam pelatihan lapangan, banyak warga baru sadar bahwa bebatuan yang tergeletak di samping rumah mereka adalah batuan metamorf yang menjadi saksi sejarah bumi. Antusiasme terlihat ketika warga tak segan bertanya dan ingin tahu lebih banyak tentang “batu-batu ajaib” di sekeliling mereka.

Semangat Karang Taruna

Pendampingan ini juga menitikberatkan pada peran karang taruna. Generasi muda desa diharapkan menjadi motor penggerak edukasi geologi, karena merekalah yang akan meneruskan tongkat estafet pelestarian geoheritage.

Melalui story maps, mereka diajak menyusun narasi geologi desa sendiri—sebuah kombinasi peta interaktif dengan cerita lokal yang bisa menjadi bahan edukasi dan promosi wisata geologi.

Harapan Menjadi Geopark Nasional

Bagi masyarakat Gununggajah, pendampingan ini lebih dari sekadar belajar mengenal batuan. Ada harapan besar bahwa pengetahuan baru ini akan membawa manfaat nyata, baik di bidang pendidikan maupun ekonomi.

Bayat memang sudah berstatus geoheritage, namun dampaknya belum sepenuhnya dirasakan masyarakat. Dengan bekal pengetahuan, warga bisa lebih peka terhadap potensi desanya, mengembangkan wisata geologi, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

“Kami ingin agar bayat ini tidak hanya berhenti di status geoheritage, tetapi bisa menjadi Geopark Nasional. Itu akan memberi manfaat lebih besar bagi masyarakat,” kata Sutarto.

Menjaga Warisan, Menatap Masa Depan

Di akhir kegiatan, warga Gununggajah sepakat bahwa edukasi ini bukanlah akhir, melainkan awal perjalanan baru. Mereka kini memiliki kesadaran bahwa desa mereka menyimpan “harta karun” berupa catatan bumi yang bernilai ilmiah sekaligus ekonomis.

Pendampingan dari kampus membuka pintu, tetapi keberlanjutan ada di tangan warga sendiri—dari karang taruna hingga perangkat desa.(*)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Primaswolo Sudjono

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X