KRjogja.com - YOGYA - Tahun 2023 ini masalah sampah kembali menjadi polemik, khususnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hal ini adalah dampak dari penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan yang menampung sampah dari Bantul, Sleman, dan Kota Yogyakarta sejak Juli 2023. Akibatnya muncul kondisi darurat sampah, tidak hanya di perkotaan tetapi hingga ke Kabupaten di DIY.
Hal ini membutuhkan kesadaran dari berbagai pihak baik itu perangkat pemerintah maupun masyarakat untuk keluar dari kondisi ini. Wisata Puncak Sosok sebagai salah satu destinasi wisata yang berada di Kelurahan Bawuran, Kabupaten Bantul selama ini belum melakukan pengolahan sampah organik. Padahal sampah organik yang berupa sisa makanan cukup banyak dihasilkan dari para tenant penjual makanan.
Tim pelaksana Pengabdian Masyarakat STIE Widya Wiwaha yang terdiri dari dosen dan mahasiswa ikut serta aktif untuk memberikan solusi permasalahan sampah ini. Fokus kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah pengolahan sampah organik dengan budidaya Maggot BSF sekaligus menjadi wisata edukasi bagi Masyarakat umum.
“Setiap hari baik itu individu, usaha dan rumah tangga akan menghasilkan sampah. Pengolahan sampah khususnya sampah organik seperti sampah makanan dapat diurai dengan lebih cepat dengan Maggot. Budidaya Maggot cocok sekali untuk dilakukan khususnya di Puncak Sosok karena hampir semua tenant menjual makanan,” tutur ketua Tim Pelaksana Pengabdian Masyarakat, Prafidhya Dwi Yulianto, S.E., M.Si. Ak.
Kegiatan diawali dengan melakukan sosialisasi dengan Karang Taruna Desa Bawuran dan pengelola wisata Puncak Sosok. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan demplot Maggot di area Puncak Sosok dan pengumpulan serta pemilahan sampah dari para tenant dan masyarakat desa. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat membangun kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya pengolahan sampah sekaligus menjadi percontohan tempat wisata alam yang juga memiliki wisata edukasi.
“Kami selaku pengelola Puncak Sosok memang sudah lama ingin juga dapat mengolah sampah secara mandiri khususnya sampah dari sisa makanan yang dihasilkan dari para tenant kami. Makanya, ketika Tim dari STIE Widya Wiwaha menawarkan untuk bermitra mengolah sampah kami sambut dengan baik,” ujar Rudi Haryanto.
Karang Taruna desa Bawuran mengikuti seluruh kegiatan dengan penuh semangat dan rasa ingin tahu yang besar, sehingga kegiatan ini akan terus dapat dijalankan kedepannya. Tim Pelaksana Pengabdian Masyarakat dalam kegiatan ini adalah Dosen dan Mahasiswa yang terdiri dari Ketua Pelaksana: Prafidhya Dwi Yulianto, SE., M.Si. Ak
Anggota: Dr. Dwi Novitasari, MM dan Agung Slamet Prasetyo, ST., MM
Mahasiswa: Adhimsyah Huda Viandika dan Dina Nurcahyani.
Kegiatan ini juga merupakan upaya untuk memberikan mahasiswa berkegiatan diluar kampus dan mempraktikkan ilmu yang dipelajari selama kuliah.(*)