Krjogja.com - YOGYA - Perubahan iklim yang semakin tidak menentu kini dirasakan langsung oleh masyarakat pesisir dan petani di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data BMKG pada 31 Agustus 2024 menunjukkan anomali pendinginan suhu di DIY, dengan deviasi antara -2,0°C hingga -0,5°C dari kondisi normal 21°C-26°C. Kondisi ini memengaruhi pola migrasi ikan dan hasil panen pertanian yang kian sulit diprediksi.
Menghadapi situasi tersebut, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan kajian terhadap Pranata Mangsa yaitu sebuah kalender tradisional Jawa yang sejak lama digunakan sebagai penanda musim tanam dan waktu melaut. Kajian ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) tahun 2024.
“Pranata Mangsa bukan hanya catatan budaya, tetapi juga pedoman ekologis yang lahir dari pengalaman panjang masyarakat berinteraksi dengan alam. Sayangnya, pemahaman ini mulai terkikis, terutama di generasi muda,” ujar Lodhi, salah seorang anggota tim ini, Rabu (24/9/2025).
Tim beranggotakan lima mahasiswa lintas disiplin, yakni Mochammad Rafli Nur Setyawan (S1-Kartografi dan Penginderaan Jauh), Fayyadh Faliha Faruq (S1-Kartografi dan Penginderaan Jauh), Safrina Auliya Maruni (S1-Kartografi dan Penginderaan Jauh), Muhammad Lodhi Firmansyah (S1-Antropologi Budaya), serta Nasywan Dody Kurniawan (S1-Kartografi dan Penginderaan Jauh) yang bertindak sebagai ketua. Penelitian dilakukan melalui survei kuesioner dan wawancara di sembilan pantai dan dua belas area sawah di DIY.
Hasil riset menunjukkan adanya kesenjangan pemahaman antargenerasi. Pada kelompok usia 60 tahun ke atas, tingkat pengetahuan Pranata Mangsa masih cukup tinggi: 71,54 persen pada nelayan dan 65,32 persen pada petani. Namun, di kalangan usia 15-30 tahun, angkanya turun drastis menjadi 51,27 persen pada nelayan dan 42,22 persen pada petani.
“Ini alarm penting bagi kita. Jika tidak segera ada strategi konservasi dan pewarisan lintas generasi, maka Pranata Mangsa berpotensi hilang. Padahal, kearifan lokal ini dapat menjadi pelengkap bagi data modern seperti BMKG dalam menghadapi perubahan iklim,” kata Dody.
Tim berharap, penelitian ini dapat mendorong lahirnya strategi konkret untuk menjaga keberlanjutan Pranata Mangsa di tengah tantangan perubahan iklim dan modernitas. (Dev)