kampus

Ngobrol Gayenk Gen Z dan AI, Antara Cerdas dan Hore Hore Peringati Sumpah Pemuda, 'Generasi Algoritma' Jangan Mau Hanya Jadi Objek

Selasa, 28 Oktober 2025 | 16:15 WIB
Suasana diskusi Ngobrol Gayenk Gen Z dan AI (Harminanto)



Krjogja.com - YOGYA - Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda 2025, Perhimpunan Warga Pancasila bekerja sama dengan Pusat Studi Etika dan Budaya (PSEB) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) menggelar acara Ngobrol Gayenk bertajuk “Gen Z dan AI: Cerdas dan Hore Hore”, Selasa (28/10/2025). Acara yang berlangsung di Kampus UKDW ini menghadirkan sejumlah narasumber lintas kampus dan generasi.

Hadir di antaranya Prof Heru Nugroho (Guru Besar Sosiologi UGM), Prof Sugeng Bayu Wahyono (Perhimpunan Warga Pancasila), Dr Wiyatiningsih (Rektor UKDW), Holly Aulia, mahasiswa Ilmu Komunikasi UII juga mahasiswa lintas kampus di DIY. Mereka memberikan pemaparan sekaligus berdiskusi menarik sepanjang siang.

Prof Heru Nugroho menilai fenomena kecerdasan buatan (AI) hari ini tak hanya menandai kemajuan teknologi, namun juga perubahan besar dalam pola berpikir manusia, khususnya generasi muda. "AI dengan segala macamnya itu terus belajar dari manusia. Tapi AI akan pintar ketika digunakan secara tepat. Sama seperti dosen, akan pintar kalau mahasiswanya memberi tantangan," ungkapnya.

Baca Juga: Puluhan Wirausaha Muda Kota Yogyakarta Unjuk Karya di Expo Pemuda 2025

Menurut Heru, generasi saat ini hidup dalam ekosistem digital yang membentuk cara berpikir berbeda dengan generasi sebelumnya. Ia menyebut mereka generasi algoritma digital.

"Kalau dulu saya bertanya ke orang ketika ingin beli bakso, sekarang generasi ini tanya ke ponselnya. Orde kekuasaan sekarang adalah algoritma," ungkap Heru.

Ia juga mengingatkan agar generasi muda tetap berpikir kritis di tengah kemudahan teknologi. Prof Heru menyoroti pula fenomena AI-lationship yakni kecenderungan sebagian orang menjalin hubungan emosional dengan AI.

Baca Juga: Kembangkan Ekosistem AI, Telkom Jalin Kerjasama dengan UMY

"AI cenderung menjawab how, bukan why. Kalau kita hanya bertanya ‘bagaimana’, kita akan terjebak dalam logika mesin. Maka, penting untuk tetap kreatif dan tahu cara menggunakan AI dengan sadar. Sekarang ada yang curhat ke AI, bahkan pamit ke ChatGPT. Ini menarik tapi juga tanda ketergantungan. Kita harus sadar bahwa AI bukan pengganti manusia," tandasnya.

Holly Aulia, mahasiswa Ilmu Komunikasi UII, mengungkapkan fenomena nyata di kalangan anak muda yang semakin dekat dengan teknologi AI. AI telah memasuki ruang personal manusia, sekaligus menjadi refleksi akan kebutuhan kedekatan emosional di dunia digital.

"Sekarang banyak teman merasa lebih nyaman curhat ke ChatGPT. Kadang merasa mendapatkan solusi, bahkan ada yang memberi nama dan menganggapnya sebagai teman baik," ungkapnya.

Baca Juga: Tanggungjawab Moral dan Etika, MKD Didesak Berhentikan Anggota DPR yang Sudah Dinonaktifkan

Dari perspektif lain, Prof Sugeng Bayu Wahyono menegaskan pentingnya menumbuhkan budaya literasi di tengah arus teknologi yang semakin cepat. "Di era AI, kemampuan membaca tetap penting. Membaca menumbuhkan daya pikir kritis yang tidak bisa digantikan oleh mesin. Ini harus terus digalakkan," katanya.

Sementara, Rektor UKDW, Dr Wiyatiningsih, mengungkapkan bahwa dunia pendidikan kini menghadapi tantangan besar akibat digitalisasi. Ia menekankan bahwa pemanfaatan AI harus tetap berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan dan karakter.

"Kami mengalami hal sama dengan kampus lain. Banyak profesi beralih karena digitalisasi. Maka, kami perlu terus memperbaharui kurikulum dan memperkuat jejaring dengan dunia industri. Kami mengembangkan program pelatihan mahasiswa yang berpijak pada nilai-nilai kedutawacanaan kami. AI bisa berjalan seiring dengan nilai kemanusiaan, bukan menggantikannya," tandas Wiyatiningsih.

Di akhir sesi, Prof Heru kembali menekankan pentingnya kesadaran kritis dalam menghadapi era algoritma. "Kita kini dipandang bukan sebagai individu, tapi sebagai data. Setiap gerak kita direkam dan dimanfaatkan. Maka kita perlu menjadi warga algoritmik yang sadar, manusia yang tetap menjadi pusat ekosistem digital," pungkasnya. (Fxh)



Tags

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB