KRjogja.com - BANTUL - Upaya melestarikan seni wayang, salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, kini menemukan wajah barunya yang inovatif dan relevan dengan isu lingkungan.
Melalui Pendanaan dari Kemendiktisaintek dalam skema Program Inovasi Seni Nusantara, tim dosen Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta (AKNSBY) sukses besar menggelar Workshop Wayang Limbah di Kelurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, Bantul.
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang bertajuk "Wayang Yogyakarta Lestari: Transformasi Limbah Menjadi Karya Warisan Budaya" ini sukses melampaui ekspektasi.
Dari target 50 siswa kelas 3, 4, dan 5 SD, workshop yang dilaksanakan Sabtu (1/11/2025) ini dihadiri lebih 70 pelajar dari tujuh sekolah dan telah menginspirasi mereka.
Tingginya animo ini menunjukkan bahwa inovasi yang mengawinkan seni budaya dan daur ulang sangat diminati generasi muda.
Inovasi Material dan Keberlanjutan Budaya
Ketua Tim PKM, Ima Novilasari MSn dari Prodi Kriya Kulit AKNSBY menyatakan, inti program ini adalah mendobrak persepsi bahwa wayang adalah seni yang kaku dan eksklusif.
"Wayang tradisional sering dianggap sulit dijangkau karena material kulit yang mahal dan proses yang rumit. Melalui Wayang Limbah, kami mendemokratisasi seni wayang," terang Ima.
"Kami menunjukkan bahwa wayang bisa dibuat dari kardus bekas yang mudah ditemukan. Ini bukan hanya tentang membuat wayang, tetapi juga menanamkan kesadaran zero waste dan keberlanjutan pada anak-anak," jelas Ima saat memaparkan filosofi program.
Keberhasilan ini didukung oleh partisipasi aktif siswa dari SDN Guwosari, SDN 1 Iroyudan, MIN 3 Bantul, MI Maarif Al Islamiyah, SD Muh Kalakijo, MI Maarif Diponegoro dan SDN Kembangputihan.
Keterlibatan tujuh sekolah ini membuktikan jangkauan edukasi program yang luas dan merata di wilayah Bantul.
Tim dosen terdiri dari pakar Kriya Kulit yaitu Ima Novilasari, MSn, Ari Dwi Rahmawati MPd dan Junende Rahmawati MSn. Ada pula Dosen Seni Tari Luvita Pradana Puspita Sari SSn MA dan dukungan administratif dari Shella Fajriyatul Fadhilah SAP.
Kombinasi ini memastikan integrasi antara teknik pembuatan, estetika gerak dan manajemen program yang efisien.
Sedangkan tim mahasiswa Prodi Kriya Kulit yakni Andika Rahmanto, Rangga Kumoroyekti Hadi Nugroho dan Gatot Dwi Purnomo berperan aktif sebagai fasilitator yang menjembatani bahasa teknis kriya kepada anak-anak.