kampus

Di Hadapan Rektor UGM, Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatra Sampaikan Kesaksian

Kamis, 11 Desember 2025 | 13:15 WIB
Potret perwakilan mahasiswa UGM terdampak bencana Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat saat menerima bantuan secara simbolis. (Foto: Agito)

Krjogja.com – SLEMAN - Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan kepeduliannya terhadap korban bencana di Sumatra, termasuk para mahasiswanya. Melalui berbagai bentuk dukungan yang diberikan, UGM menegaskan komitmennya untuk membantu mahasiswa yang terdampak bencana agar tetap dapat melanjutkan pendidikan.

Hal tersebut disampaikan Rektor UGM Prof. Ova Emilia dalam sambutannya pada seremoni penyerahan bantuan bagi mahasiswa terdampak bencana di Sumatra yang digelar di Auditorium Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Selasa (9/12/2025) siang.

Baca Juga: Pintu Goes to Campus Hadir di Binus Bersama OJK, Fokus Literasi Kripto

Dalam kesempatan itu, Ova menegaskan bahwa UGM terus berupaya menjangkau seluruh mahasiswa yang terdampak bencana. Ia menambahkan bahwa tidak boleh ada satu pun mahasiswa yang terpaksa menghentikan studi akibat bencana tersebut.

“Tentunya UGM dengan berbagai aktivitasnya telah merespons, dan kami juga sudah menggalang berbagai solidaritas. Kita akan pastikan tidak ada adik-adik (mahasiswa) yang putus kuliah akibat tidak bisa membayar biaya UKT,” jelasnya.

Setelah sambutan Rektor UGM, acara dilanjutkan dengan sesi testimoni dari sejumlah perwakilan mahasiswa yang terdampak bencana di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Salah satunya disampaikan oleh Panji Winata, mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM asal Tebing Tinggi, Sumatra Utara.

Baca Juga: Program ASIK YAKKUM Dorong Anak Muda Lebih Berani Bicara Soal Kesehatan Mental

Dalam kesaksiannya, Panji mengungkapkan bahwa keluarganya terpaksa mengungsi selama dua hari akibat banjir yang melanda wilayah tersebut dengan ketinggian mencapai sekitar lima meter.

“Saya tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga yang ada di kampung karena listrik di sana padam. Di Tebing Tinggi, banjir mencapai kurang lebih lima meter dan keluarga saya terpaksa mengungsi selama dua hari,” ujar Panji.

Ia menambahkan, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) pascabanjir turut menghambat perekonomian keluarga. Hal tersebut berdampak langsung pada pekerjaan ayahnya yang berprofesi sebagai pedagang sayur.

“Di kampung, BBM sangat langka. Pekerjaan ayah saya sebagai tukang sayur jadi terhambat karena bensin sulit didapat. Kurang lebih selama satu minggu, ayah saya tidak bisa berdagang,” ungkapnya.

Sementara itu, kesaksian lain disampaikan Dina Humaira, mahasiswa Fakultas Teknik UGM asal Aceh Tamiang, Kuala Simpang. Ia menuturkan bahwa banjir yang melanda kampung halamannya menyebabkan rumah orang tuanya rusak parah hingga perabotan di dalamnya hanyut dan hancur.

“Kami kehilangan semuanya, semua yang ada di rumah hancur. Rumah kami sekarang langsung menghadap seng, plafonnya sudah tidak ada,” tutur Dina.

Dina juga menggambarkan perjuangan keluarganya saat menghadapi banjir di kawasan Kuala Simpang. Ia menuturkan bahwa orang tua dan adik-adiknya terpaksa mengungsi dengan melewati genangan air yang telah mencapai setinggi dada.

Halaman:

Tags

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB