TEMANGGUNG, KRjogja.com – Ayat-ayat suci Alquran dilantunkan. Doa-doa permohonan pengampunan, keselamatan dan peningkatan kesejahteraan dimohonkan pada ritual sadranan safar di komplek makam Kiai Donorojo, di Dusun Dukuh, Desa Ngropoh Kecamatan Kranggan, Temanggung, Jumat (2/9).
Sekitar seribuan warga mengikuti tradisi tahunan di makam prajurit dan pengikut setia Pangeran Diponegoro itu. Mereka tidak hanya warga setempat, sebagian merupakan warga luar daerah seperti kota-kota besar di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jabodetabek.
Ritual sadranan tahun 2022 ini, telah kembali normal meski masih status Pandemi Covid-19. Beda diawal pandemi Covid-19 yang terdapat pembatasan kegiatan, sehingga digelar dalam suana pembatasan pula.
Pada ritual sadranan, warga membawa tenong dari rumah menuju ke komplek pemakaman yang berada di bukit diujung perkampungan. Sesuai aba-aba dari sesepuh, warga berangkat dari rumah pukul 07.00 WIB.
Tenong sendiri berisi nasi bucu berikut ingkung ayam jantan Jawa, berikut sayur, aneka sesajian dan jajan pasar. Tenong ada yang dijinjing, dipikul bahkan digendong. Tua muda, anak-anak, lelaki dan perempuan mengikuti ritual itu.
Sesampai di makam, warga langsung duduk di plataran yang berada di depan cungkup kiai Donorojo. Tenong diletakkan disamping atau di depannya. Sebagian yang tidak mendapat kebagian di plataran, terpaksa duduk di kanan dan kiri makam.
Kadus Ngopoh, Kabul mengatakan pada tradisi sadranan tahun ini warga berdoa pada Allah Tuhan Yang Maha Esa, agar leluhur yang dimakamkan diterima amal ibadahnya dan diampuni segala dosanya.
Sedangkan pada ahli waris kata dia, diberi keselamatan, kelancaran dalam hidup dan peningkatan kesejahteraan. "Warga juga berdoa agar negeri ini diselamatkan dan kesejahteraannya meningkat. Pandemi Covid-19 lekas berlalu, " katanya.
Disampaikan selain sadranan di makam Kiai Donorojo, warga juga menggelar ruwat dusun dengan pagelaran wayang kulit. Harapan, Dusun Dukuh terbebas dari marabahaya baik yang datang secara fisik maupun non fisik, kesejahteraan dan hasil bumi meningkat.
Dikatakan bersamaan dengan ritual safaar, warga menanam pepohonan di sumber mata air dan membersihkan lingkungan pemukiman, agar terbebas dari penyakit dan lingkungan asri.
Kades Ngropoh Haryono mengatakan pemerintah menyambut secara baik acara tradisi budaya sebab sebagai pengingat bahwa manusia akan mati sehingga yang masih hidup untuk banyak beramal sholeh sebagai bekal di hidup kelak. " Tradisi ini juga sebagai penghargaan pada sesepuh yang telah mendirikan desa, " katanya.
Dia mengatakan melalui tradisi budaya ini juga sebagai bentuk kebersamaan baik dalam fisik dan batin. Secara fisik bersama berkumpul, kegotong royongan dan kekompakan dalam berkegiatan serta berdoa bersama.
"Kebersamaan batin yakni berdoa bersama, untuk leluhur dan pribadi-pribadi yang hidup,"kata dia.
Dia mengatakan ritual Sadranan juga sebagai internalisasi nilai-nilai kearifan lokal selain siar agama. Nilai-nilai kearifan lokal itu antara lain nilai kesopanan, kegotong royongan dan budi pekerti. " Penanaman ini harus sedari kecil dan berkelanjutan, " katanya. (Osy).