TEMANGGUNG, kRJOGJA.com - Provinsi Jawa Tengah pada masa Pandemi Covid-19 kekurangan sekitar 100 ribu guru untuk mengajar dan mendidik murid. Kekurangan itu terutama di SD dan SMP, kekurangan dimungkinkan terus bertambah seiring meningkatnya guru yang pensiun dan pengisian guru baru nyaris tidak ada.
" Masa Pandemi Covid-19 dengan pembelajaran sistem daring kekurangan guru ini sangat dirasakan," kata Ketua PGRI Jawa Tengah Dr Muhdi MHum ditemui disela Konferensi PGRI Kabipaten Temanggung, Kamis (24/9).
Dia mengatakan dampak kekurangan itu, antara lain pada kualitas pendidikan yang tidak sesuai yang diinginkan. Guru yang ada sebagian besar sudah tua atau berumur diatas 50 tahun. Di usia itu susah bisa berubah secara mendadak apalagi dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Untuk itu, katanya, tugas mengajar dan mendidik terbantu oleh guru honorer. Mereka mengajar secara daring dan juga mengajari teman-teman guru ASN memanfaatkan teknologi untuk mengajar secara daring. "Kami mohon GTT atau guru honorer juga mendapat tunjangan di masa Pandemi Covid-19 ini," kata dia.
Dia mengatakan teramat berat untuk mencapai hasil peserta didik yang kapable dan berkarakter bila gurunya saja tidak sejahtera, yang dibuktikan dengan pendapatan yang kecil, sebab mengganggu fungsinya dalam mengajar. "Mohon perhatian pemerintah untuk pengisian formasi guru, jika tidak, beri kesejahteraan yang layak pada guru honorer, " kata dia.
Pemerintah, katanya untuk segera melakukan pembelajaran tatap muka untuk SD dan SMP, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan. Zonasi merah, kuning dan hijau yang menjadi pertimbangan selama ini, dalam pembelajaran untuk dapat dipersempit ke tingkat Kecamatan atau Desa. Sehingga bisa jadi zona merah tingkat kabupaten, tetapi zona hijau di tingkan Desa.
" Desa tertentu dipelosok mungkin zona hijau meski di tingkat kabupaten zona merah. Sekolah di desa ini bisa lakukan pembelajaran tatap muka," katanya sembari mengatakan yang terkena dampak negatif pembelajaran daring adalah di desa dan pelosok. (Osy)