WONOSOBO, KRJOGJA.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonosobo melalui Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsos PMD) menjalin kerjasama kemitraan dengan Universitas Sains Al-Quran (Unsiq) Jateng di Kampus Wonosobo, Kamis (13/8/2020) sore.
Kerjasama ditandatangani Rektor Unsiq Dr KH Muchotob Hamzah dan Sekretaris Dinsos PMD Wonosobo Retno Eko Syafariati, serta disaksikan Ketua DPRD Wonosobo Afif Nurhidayat, Korwil PKH Jateng M Arif Rohman Muis, dan Korkab PKH Wonosobo Yosi Gita Perdana beserta para pendamping PKH ini, dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan ‘Ayo Sekolah’ bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu yang masuk dalam daftar Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial (Kemensos) RI.
Humas Unsiq Ali Mukhtafi, mengatakan sebagai tindak lanjut dari kerjasama tersebut, Unsiq telah menyediakan kuota 20 persen bagi anak-anak PKH yang memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP). “Nantinya anak-anak KPM PKH akan didampingi sejak di SMA agar termotivasi untuk melanjutkan ke Unsiq setelah lulus nanti. Selama menempuh pendidikan di Unsiq, mereka juga akan mendapatkan beasiswa,†paparnya.
Sekretaris Dinsos PMD Wonosobo Retno Eko Syafariati, mengatakan, terjadi penurunan anak KPM PKH yang melanjutkan ke perguruan tinggi setiap tahunnya. Di Wonosobo sendiri ada sekitar 43.000 KPM PKH. Dari jumlah tersebut setiap tahunnya ada sekitar 1.000 anak KPM PKH yang lulus SMA, namun hanya ada sekitar 40-70 anak yang melanjutkan ke perguruan tinggi setiap tahunnya.
“Artinya prosentase anak KPM PKH di Wonosobo yang melanjutkan ke perguruan tinggi masih rendah, sehingga harus didongkrak lagi. Melalui program ini diharapkan anak KPM PKH bisa termotivasi untuk melanjutkan kuliah karena dapat jaminan beasiswa pendidikan,†ujarnya.
Ketua DPRD Wonosobo Afif Nurhidayat mendukung penuh gerakan ‘Ayo Sekolah’. Gerakan ini harus digaungkan untuk mematahkan paradigma di masyarakat yang keliru, yaitu banyak masyarakat yang beranggapan bahwa sekolah bukanlah hal yang penting. “Ora sekolah iso sugih (tidak sekolah bisa kaya). Ora sekolah iso nyambut gawe (ora sekolah iso nyambut gawe). Kadang yang kuliah malah nganggur. Jadi pemikiran keliru seperti ini yang harus kita edukasi bersama agar anak-anak bisa termotivasi untuk melanjurkan ke perguruan tinggi,†terangnya.
Realitas tersebut, menurut Afif tentu menjadi keprihatinan bersama. Sejauh ini pemerintah daerah sudah mencoba mendekatkan pelayanan pendidikan, namun hal ini belum mengurai secara tuntas permasalahan yang ada di Wonosobo. Untuk itu perlu adanya sinergitas semua stakeholder untuk menumbuhkan angka lama pendidikan di Wonosobo yang tergolong masih rendah. (Art)