TEMANGGUNG, KRJOGJA.com - Petani di lereng gunung Sumbing Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung tengah panen bawang merah di saat harga sedang tinggi karena menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dari Sekolah Iklim Lapangan (SLI), Sabtu (6/6).
Seorang petani, Sutopo mengatakan hasil panen bawang merah di lereng gunung Sumbing wilayah Desa Legoksari mencapai 6 sampai 8 ton per hektare. Harga di tingkat petani saat ini mencapai Rp 20 ribu kg, sedang di pasar pada kisaran Rp 35 ribu per kg.
" Bawang merah dari lereng Sumbing dikenal brambang karet. Bentuknya besar-besar dan harum serta renyah," kata Sutopo, disela panen bawang merah.
Dia mengatakan sesuai arahan dari BMKG bawang merah ditanam di akhir musim hujan sekitar Februari akhir sampai Maret dan memasuki panen Mei sampai Juni. Petani menerapkan pengetahuan dibidang iklim dan cuaca yang diberikan BMKG.
Dikatakan bawang merah ditanam di lereng bawah sedangkan bawang putih di lereng atas. Penanaman dengan sistem tumpang lahan bersama lombok teropong, kopi dan jeruk. Ada sekitar 400 hektar lahan ditanami bawang di daerah tersebut.
"Kami untung besar dengan sistem tumpang lahan, lombok dan bawang bersamaan panennya, kemudian kopi. Sedang tembakau di akhir musim kemarau," kata dia.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Prof Dwikorita Karnawati mengatakan BMKG mendampingi petani dalam budidaya komoditas yang diinginkan, hanya saja harus memperhatikan iklim dan cuaca. Iklim dan cuaca tidak bisa dihindari tetapi untuk dunia pertanian bagaimana mengantisipasi dan mensikapi jika terjadi.
" Diharapkan dengan pengetahuan di bidang cuaca dan iklim, meski ada cuaca ekstrim panen tidak gagal," kata dia.
Melalui pengetahuan dibidang iklim dan cuaca kata dia, petani bisa mengatur waktu tanam sehingga hasil panen bagus dan laku keras dengan harga bagus.
Kepala BMKG Semarang Tuban Wiyoso mengatakan SLI sebagai upaya pemerintah meningkatkan produksi pangan khususnya Padi Jagung Kedelai (pajali) melalui peningkatan pemahaman iklim dan cuaca.
Tujuan SLI katanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam memanfaatkan informasi iklim dan cuaca untuk keperluan pertanian, memasyarakatkan SLI pada kelompok tani sehingga pengetahuan dan keterampilan petani dalam hal cuaca dan iklim bisa ditingkatkan dan diterapkan dalam kegiatan pertanian.
"Kami berharap petani dan petugas penyuluh lapangan mampu beradaptasi terhadap usaha pertanian apabila terjadi perubahan iklim yang ekstrim, seperti bajir dan kekeringan," kata dia. (Osy)