PURWOREJO, KRJOGJA.com - Agenda revolusi mental yang dicanangkan pemerintah telah membuktikan bahwa lembaga pendidikan di Indonesia selama ini gagal dalam membentuk kareakter anak didik. Namun masih patut disyukuri bahwa lebih banyak siswa yang baik daripada yang bejat.
“Atas dasar inilah maka diharap agar pendidikan karakter diselenggarakan sebagai bentuk gerakan sosial,†kata Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogya Prof Dr Purwo Santoso MA, Kamis (20/9/2018).
Dalam forum komunikasi dengar aspirasi publik (critical voice point/CVP) yang diselenggarakan di pendapa rumah dinas bupati Purworejo Purwo Santoso mengatakan, bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah, namun sinergi antara ketiganya tidak dengan sendirinya bisa terwujud.Â
“Meskipun para pakar pendidikan terus mengkritik kecenderungan pendidikan kita yang lebih menekankan aspek kognitif dan abai terhadap asah kecakapan psiko-motorik, namun perubahan yang mendasar tidak berlangsung secepat yang diharapkan,†paparnya.
Menurut Purwo Santoso, ada berbagai terobisan yang harus dilakukan, diantaranya metodologis. Kareakter sering diasumsikan akan didapat dari penyerapan dan pengendapan pengetahuan. Setelah dibombardir secara bertubi tubi dengan informasi, pengetahuan, dan teori diasumsikan perserta didik akan menjalani apa yang diketahuinya.
Pendidikan karakter menurut Piani MPd, salah seorang penggiat Pramuka di Purworejo banyak terdapat pada pendidikan kepramukaan. “Meskipun bukan sebagai pendidikan wajib, namun sudah terbukti bahwa kegiatan kepramukaan mampu mewujudkan pendidikan karakter,†tandasnya.(Nar)
