PURWOREJO, KRJOGJA.com - Rencana regruping SD Sebomenggalan Kelurahan Purworejo disayangkan wali murid dan alumni. Dalam pandangan mereka, sekolah seharusnya tidak digabung mengingat lembaga itu sarat prestasi.
Alumni SD Sebomenggalan Katon Sanyoto mengatakan, rencana regruping mengemuka beberapa minggu terakhir. "Informasi yang kami dengar, sekolah bakal dibongkar kena rencana pengembangan pembangunan Gedung Wanita," ujarnya kepada KRJOGJA.com, Selasa (03/07/2018).
Katon menyatakan mendukung rencana pengembangan Gedung Wanita apabila nantinya memberi manfaat bagi masyarakat. Namun ia mengaku menyayangkan apabila pengembangan itu harus mengorbankan pendidikan siswa SD Sebomenggalan.
Pemkab, katanya, harus mempertimbangkan sejumlah fakta membanggakan yang ditorehkan sekolah itu. Berdasar informasi dari sekolah, SD Sebomenggalan ada di peringkat dua kecamatan untuk nilai UASBN 2018, atau peringkat enam kabupaten. Nilai rata-rata lulusan sekolah itu 82,53.
Anggota Komite SD Sebomenggalan Sugeng Riyadi menambahkan, sekolah juga berstatus Adiwiyata Nasional dan menjadi percontohan SD lain. "Sekarang ini sedang mengajukan jadi SD Adiwiyata Mandiri, dan akan menjalani verifikasi," tuturnya.
Selain itu, siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler sains juga memiliki kreativitas yang patut diacungi jempol. "Mereka didampingi guru, pernah merakit catu daya ponsel dari limbah dan sistem pembangkitnya memanfaatkan putaran roda sepeda kayuh, juga pernah membuat lampu meja dari barang bekas," terangnya.
Menurutnya, konsep regrup yang ditawarkan pemerintah juga dinilai kurang pas karena digabung ke sekolah lain yang peringkatnya lebih rendah. "Belum lagi kuota di sekolah yang dituju, tidak mungkin 166 siswa masuk ke satu sekolah, pasti dibagi-bagi. Tidak jadi soal SD Sebomenggalan dibongkar untuk perluasan Gedung Wanita, tapi harusnya direlokasi bukan digabung," tandasnya. (Jas)