KEBUMEN, KRJOGJA.com - Setelah dirazia Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) saat menambang pasir di Sungai Luk Ulo dekat calon jembatan proyek jalur jalan lintas selatan selatan (JJLS) baru di Desa Ayam Putih Kecamatan Buluspesantren Kebumen, awal April 2018 lalu, para penambang pasir ilegal Sungai Luk Ulo kini justru merasa tenang menjalankan aktifitas menambangnya.
"Setelah dirazia dan disuruh menjauh dari lokasi calon jembatan JJLS baru, kami kini justru lebih tenang menambang pasir karena tak was-was lagi, tak khawatir terkena razia petugas," ujar penambang pasir asal Desa Ayam Putih, Marsum, saat membongkar muatan pasir dari perahunya di depo pasir Desa Ayam Putih, Minggu (29/04/2018).
Menurut Marsum, saat razia tersebut belasan penambang pasir yang tengah menambang pasir hanya berjarak beberapa meter saja dari calon jembatan JJLS baru. Para penambang kemudian diminta menjauh dari lokasi itu dan hanya diperbolehkan menambang minimal 1 kilometer di selatan calon jembatan.
"Terus terang saat itu kami merasa sangat kesal karena di dekat calon jembatan itu kandungan pasirnya sangat melimpah. Namun setelah kami jalani menambang di lokasi yang jauh dari calon jembatan, justru kami tak was-was terkena razia lagi," ujar Marsum.
Kendati harus menyingkir dari lokasi di dekat calon jembatan JJLS baru, namun para penambang pasir yang menggunakan perahu bermesin tersebut kini tengah menikmati pendapatan yang tinggi dari penjualan pasirnya.
"Mungkin karena sekarang sedang musim proyek pembangunan sehingga permintaan pasir sungai juga cukup tinggi. Pasir satu rit atau satu perahu penuh laku terjual Rp 150 ribu. Dalam sehari kami bisa mendapatkan pasir 3 sampai 4 rit," ujar Sodri, rekan Marsum.(Dwi)
