KEBUMEN, KRJOGJA.com - Berlangsungnya musim penghujan berdampak banyak tanaman cabai di sentra-sentra cabai di Kebumen terserang penyakit, yaitu 'pathek' pada buahnya dan busuk akar pada akarnya.
"Pathek dan busuk akar yang paling banyak menyerang tanaman cabai saat ini. Dampaknya, harga cabai pun melonjak karena banyak cabai yang terbuang dan tak layak jual. Banyak pula tanaman cabai yang harus dicabut karena terserang busuk akar," ungkap pedagang cabai asal Desa/Kecamatan Prembun Kebumen, Sunarto di area bongkar muat Pasar Tumenggungan Kebumen, Rabu (22/11/2017).
Menurut Sunarto, di sentra-sentra cabai di Kebumen seperti Prembun, Mirit, Ambal dan Buluspesantren sebenarnya cukup banyak dijumpai area tanaman cabai yang siap panen di bulan November 2017. "Jumlah panen sebenarnya cukup melimpah. Namun diantara cabai yang dipanen itu banyak yang terkena pathek. Banyak petani yang tak sempat menyortir cabai yang mereka panen, maka para pengepul dan pedagang harus bekerja keras memilah-milah antara cabai yang sehat dengan yang terserang pathek," ujar Sunarto.
Penyortiran cabai tersebut menyebabkan banyak cabai yang terbuang karena terkena pathek dan terlihat membusuk pada permukaan buahnya, sehingga tak layak jual. Agar tak rugi, pedagang pun harus menaikkan harga jualnya.
"Kenaikan harganya cukup tinggi dibandingkan harga beberapa hari lalu. Seperti cabai merah biasa dan cabai merah keriting, dari petani harganya Rp 20 ribu per kilogram, kepada konsumen kami menjualnya Rp 35 ribu per kilogram. Sedangkan cabai rawit merah di tingkat petani hanya Rp 10 ribu per kilogram, namun kepada konsumen bisa mencapai Rp 20 ribu per kilogram," jelas Sunarto.
Sunarto dan beberapa pedagang cabai lainnya di Pasar Tumenggungan memperkirakan harga cabai akan terus naik hingga Desember 2017, bila pasokannya dari petani terus berkurang akibat serangan pathek dan busuk akar tak bisa diatasi. (Dwi)