KEBUMEN, KRJOGJA.com - Garam mentah sebagai bahan baku garam industri dan konsumsi, sejak awal Juli 2017 lalu langka. Bila garam mentah tersebut berhasil diperoleh, harganya jauh di atas harga normal. Akibatnya, usaha pengolahan garam di Kebumen pun terancam gulung tikar.
"Sejak awal Juli 2017 garam mentah khususnya yang diproduksi dalam negeri, sangat sulit diperoleh di pasaran. Dengan terpaksa akhirnya kami menggunakan garam mentah impor dari Australia dengan harga yang terus merambat naik. Saat Ramadhan 2017 lalu harganya Rp 3 ribu per kilogram, kini sudah mencapai Rp 6 ribu per kilogram," ungkap pemilik usaha pengolahan garam konsumsi skala menengah di Desa Semanding Kecamatan Gombong Kebumen, Senin (24/07/2017).
Sutiyem mengaku resah dengan langka dan mahalnya garam mentah di pasaran. Dirinya mendengar sejumlah rekannya sesama perajin pengolahan garam di Kabupaten Banyumas pertengahan Juli 2017 lalu gulung tikar akibat tak kuat menanggung beban biaya produksi.
"Saya tak ingin bernasib sama dengan mereka agar karyawan bagian produksi dan pemasaran tetap bisa bekerja," ujar Sutiyem yang per hari mengolah 4 ton garam mentah menjadi garam konsumsi.
Dituturkan, demi mendapatkan bahan baku dua hari lalu dirinya mendatangi produsen garam rakyat di Rembang, Jepara dan Gresik. Ternyata semuanya kehabisan stok karena habis terserap oleh usaha pengolahan garam industri dan konsumsi skala besar. Tingkat produksi merekapun belum maksimal karena cuaca yang kurang mendukung. Sedangkan kantor PT Garam di Gresik, yaitu badan usaha milik negara (BUMN) penghasil garam lokal, masih disegel polisi.
"Akhirnya saya pun terpaksa membeli garam asal Australia dari importir di Gresik, meskipun jumlahnya dibatasi dan harganya sangat mahal. Hari ini stok garam mentah saya sudah menipis, mengharuskan saya berjuang lagi untuk mendapatkan stok baru," beber Sutiyem yang mengaku terpaksa menaikkan harga jual garam konsumsi dari Rp 7500/kilogram menjadi Rp 12.500/kilogram. (Dwi)