TEMANGGUNG, KRJOGJA.com - Iklim menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam bertani, maka itu petani harus rajin mendapatkan informasi dan memahami iklim. Informasi itu dapat ditanyakan pada petugas pertanian atau dari pengumuman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
“BMKG punya aplikasi yang dapat diunduh melalui telphon genggam. Melalui aplikasi itu petani dapat dengan mudah mendapatkan informasi iklim terbaru," kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo pada penutupan Sekolah Lapang Iklim (SLI) tahap III yang digelar BMKG bekerja sama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Temanggung, di Soropadan, Kabupaten Temanggung, Sabtu (22/07/2017).
Dikemukakan salah satu keberhasilan dalam memahami iklim adalah pada praktik peserta SLI tahap III di Desa Soropadan, Kecamatan Pringsurat yang menghasilkan padi 7,7 ton per hektare atau meningkat dari rata-rata masa tanam kedua. "Hasil ubinan panen ini mencapai 7,7 ton per hektare dari rata-rata 6 ton per hektare pada masa tanam kedua yang biasanya memang produksi tidak setinggi pada tanam pertama," katanya usai panen hasil praktik SLI, yang dihadiri bupati setempat Mulyadi Bambang Sukarno dan anggota Komisi V DPR RI Sujadi.
Dia berharap keberhasilan pada praktik SLI itu dapat dipraktikkan dalam skala lebih luas. Peserta SLI tahap III juga dapat menyebarkan pengalamannya pada kelompok-kelompok tani lainnya sehingga nantinya informasi yang BMKG siapkan dapat lebih maksimal disebarluaskan dan dimanfaatkan sehingga produksi padi bisa lebih meningkat.
Kepala BMKG Klas I Semarang, Tuban Wiyoso menambahkan pada SLI tersebut pembelajaran dilakukan setiap 10 hari sekali sebanyak 10 kali pertemuan dan dilanjutkan dengan kunjungan sekaligus praktik pengenalan alat di Stasiun Klimatologi Semarang pada 18 juli 2017.
Metode pembelajaran, terangnya, dilaksanakan dengan diskusi dan praktik langsung di lapangan. Materi pembelajaran, antara lain pengenalan iklim dan cuaca aplikasinya untuk pertanian, proses pembentukan awan dan hujan, neraca air lahan, pengenalan peralatan pengamatan iklim cuaca, mengenal iklim cuaca ekstrem, mengenal informasi prakiraan BMKG, kalender tanam, pranoto mongso, dan hama penyakit. "Kami berharap setelah selesai SLI, peserta dapat mengaplikasikan di lingkungan untuk peningkatan produktifitas," katanya. (Osy)