PURWOREJO (KRjogja.com) - Warga sejumlah desa di Kecamatan Purwodadi dan Bagelen Kabupaten Purworejo meminta pemerintah melakukan normalisasi Sungai Bogowonto. Mereka menilai alur sungai mulai dangkal akibat tebalnya sedimen, sehingga tidak mampu menampung air apabila terjadi banjir besar.
Akibatnya warga yang tinggal di sekitar aliran sungai kerap kebanjiran. "Dalam setahun pasti terjadi setidaknya sekali, banjir besar hingga airnya meluap menggenangi sawah dan permukiman," ungkap Ambyah Panggung Sutanto, Kepala Desa Ketangi Purwodadi, kepada KRjogja.com, Sabtu (30/7/2016).
Menurutnya, permintaan warga itu didasarkan fakta kondisi sungai yang berkelok dan sering terjadi perpindahan alur. Akibatnya terjadi pengikisan tebing dan berdampak pada hilangnya tanah milik warga.
Perpindahan alur juga mengancam permukiman warga yang berada di tepi sungai. Dampak itu dirasakan warga Ketangi dan 12 desa lain di Kecamatan Bagelen dan Purwodadi selama bertahun-tahun. "Untuk Ketangi sendiri ada 515 kepala keluarga yang paling terdampak apabila Sungai Bogowonto meluap," ucapnya.
Pemerintah Desa Ketangi bersama pemerintah Kalirejo, Bagelen, Bugel dan Bapangsari Kecamatan Bagelen, serta Jenar Wetan, Purwosari, Guyangan, Bubutan, Sidorejo, Karangsari, Kebonsari dan Watukuro di Purwodadi membuat kesepakatan bersama meminta pemerintah menormalisasi Bogowonto. "Kami sepakat meminta pengerukan alur sungai dan pembuatan banjir kanal di sebelah selatan Purworejo. Usulan itu akan kami kirimkan kepada Kementerian PUPR," ujarnya.
Warga Desa Bagelen Sarwono mengatakan, permukiman banjir beberapa kali tergenang akibat luapan Sungai Bogowonto. "Kalau banjirnya besar memang akibatnya mengkhawatirkan, memang genangan cepat surut, namun warga tetap rugi karena harta bendanya rusak," tuturnya.(Jas)