Krjogja.com, WONOSOBO - Bertepatan dengan 212 tahun peristiwa Geger Sepehi, Keluarga Trah Sri Sultan HB II bersama Masyarakat Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek Wonosobo memperingati peristiwa penyerbuan Keraton Yogyakarta yang dilakukan oleh Inggris pada tanggal 19-20 Juni 1812. Peristiwa tersebut merupakan upaya menggulingkan Sultan HB II yang menolak bekerjasama dengan pemerintahan kolonial.
Masyarakat dan trah HB II menggelar kirab budaya dalam rangka pengusulan pahlawan nasional Sri Sultan Hamengkubuwono II. Kamis, 20 Juni 2024 kemarin menjadi momentum penting bagi perjalanan perjuangan pengusulan yang telah berjalan beberapa tahun terakhir.
Digelar kirab dari Pagerejo berlanjut ke halaman Gedung Adipura Kencana, Wonosobo menuju kantor Dinsos PMD Kabupaten Wonosobo. Mereka lantas menyerahkan dokumen pengajuan pahlawan nasional berupa buku profil Sri Sultan Hamengkubuwono II.
Dokumen yang diserahkan secara resmi tersebut berupa sebuah buku yang ditulis berjudul "Sultan Hamengku Buwono II Pahlawan Lentera Nusantara". Buku 87 halaman tersebut ditulis dengan melalui proses riset oleh tim peneliti yang beranggotakan perwakilan trah Sri Sultan HB II dan beberapa tokoh lokal yang telah berkontribusi sebelum adanya inisiatif pengusulan.
Dokumen pendaftaran pengusulan pahlawan nasional Sri Sultan Hamengkubuwono II diserahkan oleh Kepala Desa Pagerejo Akhmad Nurwadi kepada Sekretaris Dinsos PMD Kabupaten.
Sultan Hamengkubuwono II selama ini telah ditelisik memiliki kedekatan dengan Desa Pagerejo, di lereng gunung Sindoro.
"Selama ini masyarakat setempat begitu familiar dengan nama tokoh Raden Mas Sundoro yang tak lain adalah nama kecil Sultan Hamengkubuwono II. Dalam catatan Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono II lahir di lereng Gunung Sindoro dan diyakini tepatnya Desa Pagerejo, Wonosobo pada 7 Maret 1750.
"Selama ini masyarakat setempat begitu familiar dengan nama tokoh Raden Mas Sundoro yang tak lain adalah nama kecil Sultan Hamengkubuwono II. Dalam catatan Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono II lahir di lereng Gunung Sindoro dan diyakini tepatnya Desa Pagerejo, Wonosobo pada 7 Maret 1750.
Masa itu adalah era sebelum berdirinya keraton Yogyakarta di era Palihan Nagari, perjanjian Giyanti di 1755," ungkap Kepala Desa Pagerejo, Akhmad Nurwadi, Jumat (21/6/2024).
Akhmad mengatakan, kebudayaan yang berhubungan dengan Sri Sultan Hamengkubuwono II masih melekat dengan masyarakat Desa Pagerejo. Sampai saat ini di desa banyak peninggalan dari HB II tentang kebudayaan yakni kesenian berupa tarian hingga upacara atau ritus yang masih dilaksanakan tiap 70 hari sekali.
"Salah satu tradisi itu adalah Tenongan yang masih rutin digelar masyarakat setiap 70 hari sekali pada hari Jumat Kliwon dan diikuti ratusan warga di makam Sikramat. Dalam tradisi ini masyarakat memaknai sebagai wujud perayaan kemenangan Raden Mas Sundoro melawan penjajah pada masanya.
Akhmad mengatakan, kebudayaan yang berhubungan dengan Sri Sultan Hamengkubuwono II masih melekat dengan masyarakat Desa Pagerejo. Sampai saat ini di desa banyak peninggalan dari HB II tentang kebudayaan yakni kesenian berupa tarian hingga upacara atau ritus yang masih dilaksanakan tiap 70 hari sekali.
"Salah satu tradisi itu adalah Tenongan yang masih rutin digelar masyarakat setiap 70 hari sekali pada hari Jumat Kliwon dan diikuti ratusan warga di makam Sikramat. Dalam tradisi ini masyarakat memaknai sebagai wujud perayaan kemenangan Raden Mas Sundoro melawan penjajah pada masanya.
Ada juga situs alam yakni tuk Surodilogo yang ada di atas desa di lereng Sindoro yang juga memiliki kisah yang melekat dengan kisah Raden Mas Sundoro atau Sri Sultan Hamengkubuwono II berupa tempat menyepi dan pemandian dari mata air," lanjutnya.
Sementara, Ketua tim penyusun buku Dr. Ananta Hari Noorsasetya yang sekaligus keluarga trah HB II menjelaskan bahwa pengusulan Sri Sultan HB II sebagai pahlawan nasional telah diupayakan sejak 2016 oleh Mein Sugandhi dan Leginingsih. Ia menjelaskan banyak jasa Sultan HB II dalam membela bangsa Indonesia dulunya, sehingga patut menjadi tokoh inspirasi bagi bangsa Indonesia.
"Banyak peninggalan yang masih dilestarikan seperti di Yogyakarta hingga berupa bangunan dan seni arsitektur dengan corak khas yang masih banyak digunakan. Secara garis besar perjalanan dan perjuangan Sri Sultan Hamengkubuwono II telah tertulis dalam buku Sultan Hamengku Buwono II Pahlawan Lentera Nusantara. Masa-masa heroisme Sri Sultan Hamengkubuwono II itu jadi inspirasi bangsa Indonesia. Betapa hebatnya beliau di jamannya untuk memerangi penjajahan di negeri ini," tandas Ananta.
Sekretaris Dinas sosial PMD Kabupaten Wonosobo, Eko Prasetyo menyampaikan, usai menerima dokumen persyaratan pendaftaran pengusulan pahlawan nasional Sultan HB II, pihaknya akan mengecek kelengkapan dokumen.
"Kelengkapan dokumen yang diajukan nanti akan disampaikan ke Dinsos provinsi. Setelah itu masih ada tahapan lagi yang harus dilakukan," pungkasnya. (Fxh)
Sementara, Ketua tim penyusun buku Dr. Ananta Hari Noorsasetya yang sekaligus keluarga trah HB II menjelaskan bahwa pengusulan Sri Sultan HB II sebagai pahlawan nasional telah diupayakan sejak 2016 oleh Mein Sugandhi dan Leginingsih. Ia menjelaskan banyak jasa Sultan HB II dalam membela bangsa Indonesia dulunya, sehingga patut menjadi tokoh inspirasi bagi bangsa Indonesia.
"Banyak peninggalan yang masih dilestarikan seperti di Yogyakarta hingga berupa bangunan dan seni arsitektur dengan corak khas yang masih banyak digunakan. Secara garis besar perjalanan dan perjuangan Sri Sultan Hamengkubuwono II telah tertulis dalam buku Sultan Hamengku Buwono II Pahlawan Lentera Nusantara. Masa-masa heroisme Sri Sultan Hamengkubuwono II itu jadi inspirasi bangsa Indonesia. Betapa hebatnya beliau di jamannya untuk memerangi penjajahan di negeri ini," tandas Ananta.
Sekretaris Dinas sosial PMD Kabupaten Wonosobo, Eko Prasetyo menyampaikan, usai menerima dokumen persyaratan pendaftaran pengusulan pahlawan nasional Sultan HB II, pihaknya akan mengecek kelengkapan dokumen.
"Kelengkapan dokumen yang diajukan nanti akan disampaikan ke Dinsos provinsi. Setelah itu masih ada tahapan lagi yang harus dilakukan," pungkasnya. (Fxh)