KRjogja.com - TEMANGGUNG - Kabut tipis perlahan berlalu dihembus angin, dan langit fajar tampak masih malu-malu menampakkan semburatnya, saat warga Dusun Krecek dan Gletuk Desa Getas, Kaloran, Kabupaten Temanggung mulai datang di komplek pemakaman Gletuk untuk menggelar tradisi nyadran.
Tradisi nyadran yang dihadiri semua unsur agama dan kelompok kepercayaan dihelat tiap Jumat pon 25 Djumadil akhir penanggalan jawa, yang pada tahun ini bertepatan 27 Desember 2024.
Tradisi ini telah digelar sejak nenek moyang di komplek pemakaman Gletuk yang merupakan tempat dimakamkannya leluhur warga Dusun Krecek dan Gletuk. Sejak tahun 2019, nyadran dinamai nyadran perdamaian.
Baca Juga: Judi Kasino Beromzet Miliaran Rupiah di Semarang Warnai Kasus Menonjol Selama Tahun 2024
Kepala Desa Getas Dwiyanto mengatakan nyadran merupakan tradisi mengingat jasa baik para leluhur yang telah meninggal dan kemudian mendoakan bersama, berdasar agama dan kepercayaan yang dianut warga.
"Spirit positif atau hal yang baik dari nenek moyang terus dilestarikan, ini demi kebaikan dalam kelangsungan kehidupan saat ini dan anak cucu kedepan," kata dia.
Dikatakan nilai baik yang harus dilestarikan seperti mencintai alam semesta, kegotongroyongan, kebersamaan, ketaatan pada agama dan kepercayaan. "Hubungan dua dusun yang merupakan satu leluhur juga harus terus direkatkan," kata dia.
Dikatakan, adapun membawa berbagai sesajian untuk dimakan bersama di komplek pemakaman sebagai tanda syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan kebersamaan dari warga.
Baca Juga: Rumah di Lemahabang Ludes Terbakar, Kerugian Rp 170 Juta
Sebagai Kepala Desa, Dwiyanto berharap tradisi nyadran dapat terus dilestarikan. Banyak manfaat yang didapat dari nyadran, diantaranya pertemuan masyarakat untuk saling menyapa, bertukar kabar dan informasi dan saling mempererat tali persaudaraan.
Direktur Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia Ruby Kholifah mengatakan nyadran perdamaian tahun ini sebagai hal istimewa yakni untuk merenung apa yang telah dilakukan dalam satu tahun terakhir dan merencanakan target satu tahun ke depan.
Dia menerangkan AMAN Indonesia adalah sebuah gerakan untuk memperkuat peran perempuan pada perdamaian dan nyadran perdamaian merupakan sebuah misi menjaga kerukunan di masyarakat.
"Nyadran ini adalah sarana menjaga kerukunan, ini nilai-nilai leluhur yang harus dipertahankan dan dilestarikan. Jadi bukan sekadar kebiasaan dan makanan," terang dia sambil menyampaikan nyadran betul-betul sebagai simbol dari budaya damai di masyarakat. (Osy)