kedu

Padi Varietas INPAGO Tingkatkan Hasil Panen

Jumat, 2 Februari 2018 | 16:04 WIB

KEBUMEN (KRjogja.com) - Musim panen padi sudah dimulai di Kabupaten Kebumen dan puncaknya akan terjadi antara bulan Februari hingga Maret 2018. Untuk panen tahun ini luas total padi sawah dan gogo Kabupaten Kebumen adalah 33,6 ribu ha dengan potensi menghasilkan 208 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG).

"Khusus untuk padi lahan kering, padi gogo banyak dikembangkan oleh petani dengan cara tumpang sari seperti di Kecamatan Puring. Luas panen padi gogo di Kecamatan Puring adalah 1.104 ha padi yang akan panen di bulan Februari s/d Maret 2018," ujar Ketua STPP Magelang, Ir. Ali Rachman, M.Si sebagai penanggungjawab program UPSUS Pajale Kabupaten Kebumen.

Varietas padi yang ditanam di Kecamatan Puring saat ini adalah varietas Inbrida Padi Gogo (INPAGO) 8, 9, 10, dan 11. Varietas ini memiliki potensi untuk meningkatkan produksi dari 1 – 3 ton/ha. Tahun 2017, Kecamatan Puring menjadi lokasi pengembangan padi lahan kering dengan sistem larikan gogo (Largo) Super yang dikembangkan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, Kementerian Pertanian.

Varietas INPAGO dengan sistem Largo Super diharapkan mampu mendukung peningkatan produksi padi di Kabupaten Kebumen. Varietas ini dibekali dengan beberapa paket teknologi sehingga dapat menghasil produksi padi yang cukup signifikan dari varietas pendahulunya.

Paket teknologi dalam varietas INPAGO diantaranya adalah, pertama menggunakan sistem larikan gogo yaitu adanya jarak tanam yang memungkinkan proses fotosintesis lebih optimal karena alokasi cahaya matahari cukup.

Kedua adalah penggunaan alat tanam tebar benih langsung sehingga benih langsung ditebar di lahan dan juga penggunaan biodekomposer yaitu mikroba yang berperan mempercepat dekomposisi bahan organik dari sisa-sisa tanaman menjadi kompos, sehingga dapat menyediakan hara NPK, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan memegang air, meningkatkan aktivitas biologi tanah serta menekan perkembangan penyakit tular tanah.

Ketiga adalah penggunaan pupuk hayati yaitu pupuk berbasis mikroba non-patogenik yang berfungsi meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah melalui beberapa aktivitas yang dihasilkan oleh mikroba tersebut, diantaranya menambat nitrogen, melarutkan fosfat sukar larut dan menghasilkan fitohormon (zat pemacu tumbuh tanaman) dan yang terakhir adalah penggunaan bioprotektor untuk mengendalikan hama penyakit tanaman padi (sumber BB Padi)

Halaman:

Tags

Terkini

Ribuan Kendaraan Kena Tilang ETLE, Ini Pelanggarannya

Sabtu, 20 Desember 2025 | 19:10 WIB

Ratusan Wisatawan Wonosobo Banjiri Pantai Dewaruci

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:50 WIB

Pendaki Gunung untuk Perhatikan Prakiraan Cuaca BMKG

Senin, 15 Desember 2025 | 10:55 WIB

Purworejo Luncurkan Gerakan Sekolah Cerdas Bermedia

Jumat, 12 Desember 2025 | 15:10 WIB