SUKOHARJO, KRJOGJA.com - Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sukoharjo memantau kondisi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Sukoharjo akibat kenaikan harga minyak goreng yang belum turun sampai sekarang. Kenaikan harga tersebut sangat berpengaruh pada naiknya biaya produksi. Pendampingan dilakukan agar tidak ada pelaku UMKM tutup mengingat sekarang masih pandemi virus Corona.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sukoharjo Iwan Setiyono, Senin (10/1/2022) mengatakan, pemantauan dilakukan sudah cukup lama setelah ada instruksi dari pemerintah pusat berkaitan dengan pendampingan terhadap UMKM baik ditengah pandemi virus Corona maupun dampak kenaikan harga minyak goreng. Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sukoharjo melihat secara langsung kondisi pelaku UMKM khususnya yang menggunakan bahan baku minyak goreng untuk berproduksi.
Kondisi pandemi virus Corona yang belum berakhir dan kenaikan harga minyak goreng dikatakan Iwan Setiyono jelas sangat berpengaruh pada usaha pelaku UMKM. Sebab kondisi pandemi virus Corona membuat penjualan menurun dan kenaikan harga minyak goreng membuat biaya produksi naik.
"Pelaku UMKM jelas terdampak baik karena sekarang masih pandemi virus Corona maupun karena tingginya harga minyak goreng. Pemerintah sudah meminta untuk dilakukan pemantauan. Kami juga sudah memberikan pendampingan agar usaha tetap jalan dan jangan sampai tutup," ujarnya.
Iwan Setiyono menegaskan, berkaitan dengan stok dan harga minyak goreng sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat. Sedangkan Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sukoharjo hanya sebatas melakukan pemantauan dan pendampingan saja.
"Pemerintah pusat sudah berusaha terus agar harga minyak goreng turun. Mudah-mudahan segera bisa terealisasi. Sebab pelaku UMKM sudah sangat merasakan dampaknya," lanjutnya.
Harga minyak goreng kemasan sederhana naik dari sebelumnya Rp 19.000 per liter menjadi Rp 20.000 per liter. Sedangkan minyak goreng curah harganya masih stabil Rp 17.250 per liter.
Iwan Setiyono menambahkan, Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sukoharjo juga telah membantu pelaku UMKM berkaitan pemasaran produk. Pelatihan dilakukan dengan meningkatkan kemampuan pelaku UMKM dari sebelumnya menjual secara manual menjadi online.
Pelaku usaha warung makan ayam goreng asal Pabelan, Kartasura Daryanto mengatakan, sudah hampir dua bulan terakhir merasakan dampak kenaikan harga minyak goreng. Hal ini membuat biaya produksi naik. Sedangkan penjualan stabil cenderung menurun.
"Harga minyak goreng naik dan saya tetap menjual ayam goreng dengan harga sama. Kalau saya naikan khawatir pembeli protes dan tidak jadi beli," ujarnya.
Daryanto mengatakan, dalam kondisi normal harga minyak goreng kemasan yang dibeli sekitar Rp 15.000 per liter hingga Rp 16.000 per liter. Namun sekarang naik menjadi Rp 19.000 per liter hingga Rp 20.000 per liter. Kenaikan harga sudah terjadi cukup lama dan memberatkan. Sebab naiknya harga minyak goreng membuat biaya produksi ikut naik.
Pedagang gorengan asal Kartasura, Kartasura, Bambang mengatakan, harga minyak goreng curah yang dibeli untuk produksi sudah tinggi. Hal itu terjadi karena kenaikan sejak beberapa bulan lalu. Hingga sekarang harga minyak goreng curah masih tinggi sekitar Rp 17.000 per liter.